Era Premier League di UCL? Cuti Dulu Ya!
Pertama-tama, mari kita beri tepuk tangan virtual untuk PSG dan Inter Milan yang sukses melaju ke final Liga Champions 2025. Dan ya, ini final UCL pertama sejak 2004 yang nggak diisi tim dari Premier League, La Liga, atau Bundesliga. Biasanya kan final UCL kayak arisan klub-klub elit Eropa, sekarang justru kayak reuni dua klub yang pernah dicap “underdog”.

Tentu saja, julukan “liga petani” yang sering disematkan oleh fans Inggris ke Ligue 1 dan Serie A jadi bahan tertawaan balik. Luis Enrique, pelatih PSG, bahkan nyeletuk dengan sarkasme, “The league of farmers, no? We are the league of farmers!”
Nah lho, masih mau bilang begitu setelah Arsenal dibikin pulang kampung?
PSG: Dari Era Galacticos ke Geng Pekerja Keras
Mundur sedikit ke masa lalu, siapa yang menyangka PSG bisa lebih baik tanpa Kylian Mbappe? Luis Enrique dengan percaya diri bilang timnya bakal lebih tangguh setelah ditinggal Mbappe. Waktu itu, banyak yang menganggap itu sekadar strategi pengalihan isu. Tapi ternyata, dia nggak asal bacot.
Sejak kepergian Lionel Messi dan Neymar pada 2023, PSG resmi menutup era “tim selebgram bola”. Tahun berikutnya, Mbappe cabut. Tapi alih-alih panik, Enrique membentuk skuad yang lebih ngotot, kompak, dan… hemat data kuota karena nggak banyak gaya.

Hasilnya? PSG juara Ligue 1 tanpa kekalahan dan dengan sisa enam pertandingan. Oh iya, mereka juga menyingkirkan empat tim Inggris secara berturut-turut: Man City, Liverpool, Aston Villa, dan Arsenal. Jadi, siapa bilang Liga Inggris lebih kuat?
Fun fact: sejak musim 2024/25, PSG berhasil naik dari posisi ke-15 di fase grup hingga mencapai final. Kunci suksesnya? Pemain anyar Khvicha Kvaratskhelia yang langsung jadi motor serangan. Bukan cuma lari cepat, tapi juga larinya ada arah, beda sama mantan kamu.

Data UEFA menunjukkan PSG mencetak gol terbanyak keempat di fase gugur musim ini, dengan serangan balik yang lebih cepat dari koneksi Wi-Fi gratisan.
Inter Milan: Tua-Tua Keladi, Makin Jadi
Kalau PSG jadi finalis berkat semangat muda, Inter Milan justru mengandalkan pengalaman dan ketenangan tingkat dewa. Lawan Barcelona di semifinal, Inter tampil seperti profesor sepak bola, sementara Barca dengan Lamine Yamal yang baru 17 tahun, terlihat seperti murid baru masuk SMA.

Inter menurunkan 10 pemain berusia di atas 25 tahun di leg kedua. Bahkan Francesco Acerbi yang berusia 37 tahun sukses bikin gol penyama di menit 93. FYI, itu menjadikannya pencetak gol tertua kedua dalam sejarah fase gugur UCL!
Dan jangan lupakan Yan Sommer, kiper 36 tahun yang dibeli cuma £5 juta. Bandingkan dengan harga Onana ke MU, £44 juta. Ya, Sommer lebih murah dari harga air mineral di bioskop.
Kalau itu belum cukup mengesankan, lihat lini tengah mereka, Henrikh Mkhitaryan dan Hakan Calhanoglu yang kalau digabung usianya 67 tahun. Tapi mainnya? Masih aktif banget kayak bapak-bapak hobi gowes tiap minggu.

Dan ya, Serie A sering juga diremehkan. Tapi Inter musim ini cuma kalah satu kali dari delapan pertandingan UCL dan sukses singkirkan Bayern Munich di perempat final. Statistik UEFA juga mencatat Inter punya persentase penguasaan bola tertinggi ketiga musim ini.
Premier League: Hebat di Liga, Gagal di Eropa?
Satu-satunya wakil Inggris yang nyaris sampai puncak UCL adalah Arsenal. Tapi setelah dikalahkan PSG, Inggris cuma bisa berharap di Europa League dan Conference League. Ironisnya, dua tim Premier League yang sedang krisis, Tottenham (peringkat 16) dan Manchester United (peringkat 15) malah berpotensi ketemu di final Liga Europa.

Kalau sampai mereka benar-benar masuk final dan salah satunya juara, itu akan jadi sejarah: juara Europa League dari tim papan bawah liga. Jadi, logonya UEFA bisa aja diganti jadi logo drama.
Sementara itu, Chelsea tinggal selangkah lagi jadi juara UEFA Conference League setelah unggul agregat besar atas Djurgarden. Kalau berhasil, mereka jadi klub pertama yang memenangkan semua tiga kompetisi UEFA: Champions League, Europa League, dan Conference League.
Jadi… Masih Mau Sebut Liga Petani?
Dari kisah PSG dan Inter Milan ini, kita bisa lihat bahwa kekuatan tim Eropa kini makin merata. Liga Inggris mungkin punya dana melimpah dan sorotan media luar biasa, tapi uang nggak selalu bisa beli chemistry dan strategi. Dan Liga Champions kali ini adalah buktinya.
Jadi, buat kamu yang masih suka nyinyir soal “liga petani”, mungkin sekarang saatnya ganti kosa kata. Karena kalau petani bisa bikin final Eropa semeriah ini, mungkin Premier League perlu belajar bertani juga.

Kalau kamu suka ulasan sepak bola yang nggak ngebosenin, penuh data tapi tetap ada jokes receh, langsung aja mampir ke BolaBanter.com. Di sana, kamu bisa dapetin update terbaru soal bola dari seluruh dunia, mulai dari gosip transfer sampai hasil pertandingan.
Dan jangan lupa follow Instagram kami di @bolabanterdotcom biar nggak ketinggalan meme-meme bola segar tiap hari. Karena bola bukan cuma soal skor, tapi juga soal gaya!
Sumber: