Amorim gagal total menjadi headline yang terus menghantui Manchester United. Alih-alih membawa semangat baru, pelatih asal Portugal itu justru memimpin Setan Merah ke dalam lubang kritik yang semakin dalam. Tiga laga awal musim sudah cukup untuk menimbulkan kesan bahwa proyek besar United bersama Amorim justru berakhir sebagai bahan lelucon.
Old Trafford Kehilangan Wibawa
Setan Merah dulunya terkenal sebagai tim yang mampu memberi teror di kandang. Kini, wibawa itu seakan hilang. Amorim gagal total dalam membangun kembali atmosfer kemenangan. United tampil tanpa jiwa, tidak ada agresivitas, dan tak punya identitas jelas. Bahkan, sang pelatih sendiri mengaku kebingungan.

“It’s not just the space, but the way we started the game without any intensity. All the ideas of the pressure, we were completely lost. It’s hard to explain. That’s what they spoke really loud.” – Ruben Amorim (Goal.com)
Kata-kata ini adalah gambaran nyata dari krisis yang sedang berlangsung. Saat pelatih mengaku kehilangan arah, bagaimana mungkin pemain bisa percaya pada sistem yang dijalankan.
Deretan Rekor Buruk yang Bikin Malu
Rekor United di bawah Amorim membuat para sejarahwan sepak bola harus kembali membuka arsip lama. Saking buruknya, catatan ini bisa masuk museum kesialan klub. Mari simak beberapa buktinya:
- Persentase kemenangan di Premier League hanya 24.1 persen.
- Total kemenangan semua kompetisi hanya 35.6 persen.
- Kekalahan pertama sepanjang sejarah melawan tim divisi empat di ajang piala.
- Catatan poin lebih rendah dibanding jumlah laga yang dimainkan.

Ketika dibandingkan dengan manajer era sebelumnya, hasil Amorim benar-benar jauh di bawah standar. Tidak heran jika media menyebut United kini jadi bahan tertawaan.
Nama Besar Sir Jim Ratcliffe Ikut Tercoreng
Kegagalan Ruben Amorim ternyata juga menyeret reputasi Sir Jim Ratcliffe. Keputusan mempertahankan sang pelatih mulai dianggap blunder besar. Ratcliffe sendiri kabarnya sudah jengah membaca media karena kritik tak henti menghampiri. Investasi finansial dan emosionalnya seakan terbuang percuma karena performa tim yang hancur berantakan.

Amorim yang Siap Cabut Kapan Saja
Uniknya, Amorim bukan tipe pelatih yang akan bertahan mati-matian. Ia justru beberapa kali mengisyaratkan siap pergi. Usai laga di Grimsby, ia melontarkan pernyataan yang menimbulkan spekulasi:
“If we don’t show up, you can feel that something has to change and you are not going to change 22 players again. I think this is a little bit the limit. In this moment, we need to focus on the weekend and then we have time to think.”

Ucapan ini jelas membuka peluang bahwa Amorim sendiri mungkin sudah jenuh dengan situasi. Bukan tidak mungkin ia lebih memilih mundur daripada menanggung malu lebih jauh.
Kaku Pada Formasi 3-4-2-1
Kritik lain yang paling sering muncul adalah soal formasi. Amorim gagal total karena keras kepala dengan skema 3-4-2-1. Sistem ini mematikan kreativitas para pemain sayap dan menurunkan efektivitas pemain kunci. Marcus Rashford dan Garnacho tersingkir, Bruno Fernandes harus turun terlalu dalam, sementara Amad Diallo dipaksa jadi wing-back.

Alih-alih memaksimalkan kekuatan skuad, Amorim justru membatasi mereka. Tidak heran jika chemistry dalam tim tidak terbentuk.
Pilihan Pil Pahit yang Tersedia
Kini Amorim dihadapkan pada tiga pilihan pahit:
- Tetap keras kepala dengan taktik lama meski hasil makin memburuk.
- Mencoba beradaptasi dengan karakter pemain meski harus buang ego.
- Menyerah dan mundur lebih cepat sebelum didepak manajemen.
Ketiga pilihan itu sama-sama berisiko, tetapi bertahan dengan sistem lama jelas akan membuat United semakin terpuruk.
Laga Burnley Jadi Ujian Akhir
Burnley mungkin terlihat tim yang lebih lemah, tetapi laga ini bisa jadi palu godam terakhir untuk Amorim. Jika gagal meraih kemenangan, Amorim gagal total akan jadi headline besar dan mungkin menandai akhir masa kerjanya. Apalagi setelah jeda internasional, United harus melawan Manchester City dan Chelsea. Jika tidak ada perubahan, bisa dipastikan United akan kembali jadi bulan-bulanan lawan.
Semua yang Ia Mau Sudah Diberikan
Ironisnya, Amorim sebenarnya sudah mendapatkan semua yang ia inginkan. Dari striker baru seperti Bryan Mbeumo dan Matheus Cunha, fasilitas latihan mutakhir, hingga kebebasan melepas pemain. Namun hasil di lapangan justru semakin mengecewakan. Hal ini semakin memperkuat pandangan bahwa Amorim memang bukan orang yang tepat.
Saatnya Tertawa di Tengah Derita
Untuk para fans, mungkin jalan terbaik sementara ini adalah menertawakan nasib. Kalau sampai Burnley benar-benar mengalahkan United, setidaknya mereka bisa bilang sudah melihat sejarah kelam klub secara langsung. Humor pahit ini memang tidak menghapus luka, tapi bisa jadi cara bertahan di era ketika Ruben Amorim gagal total menjadi lelucon terbesar sepak bola Inggris.