Siapa yang sangka pertandingan antara Manchester City dan Arsenal di Etihad Stadium akan berubah menjadi roller coaster penuh drama dan sedikit tawa? John Stones, dengan sentuhan magisnya di menit ke-98, berhasil menyelamatkan City dari kekalahan pahit, mengubah skor menjadi 2-2. Namun, cerita terbesar dari pertandingan ini bukan hanya soal gol, tetapi juga tentang Leandro Trossard yang dikeluarkan dari lapangan setelah menerima kartu merah kontroversial. Dengan Arsenal yang harus bermain dengan 10 orang di babak kedua, pertandingan ini benar-benar menjadi bahan pembicaraan panas.
Oh, dan bicara soal kejutan, Erling Haaland mencetak gol ke-100-nya untuk City dalam 105 pertandingan! Serius, apakah pria ini mesin pencetak gol yang tidak bisa dihentikan? Dia membuka keunggulan City di menit ke-9 dengan cara yang luar biasa. Tapi, Arsenal tidak tinggal diam. Mereka dengan cepat membalas, melalui tendangan memukau Riccardo Calafiori dan sundulan Gabriel dari sepak pojok Bukayo Saka tepat sebelum turun minum.
Arsenal dan Kartu Merah yang Terus Menghantui
Arsenal tampaknya memiliki hubungan “panas-dingin” dengan kartu merah. Ini bukan kali pertama mereka kehilangan pemain karena keputusan kartu kuning kedua yang bikin dahi berkerut. Trossard, yang mungkin hanya bermaksud menendang bola sedikit jauh untuk mendinginkan suasana, malah diusir wasit. Bayangkan, Anda baru saja melanggar Bernardo Silva, dan wasit langsung mengeluarkan kartu kuning kedua karena menendang bola terlalu jauh. Reaksi Mikel Arteta? Marah besar, tentu saja.
Namun, ini bukan pertama kalinya Arsenal kena sanksi gara-gara hal “remeh”. Hanya beberapa minggu lalu, Declan Rice juga diganjar kartu kuning kedua karena situasi yang mirip melawan Brighton. Dan yang paling bikin bingung? Pemain Brighton, Joao Pedro, lolos dari hukuman meski melakukan tindakan yang sama! Kesimpulan? Aturan ini sepertinya punya versi berbeda di setiap pertandingan.
Gunners yang Kini Lebih “Berseni”
Ada sesuatu yang berbeda dari Arsenal musim ini. Sepertinya Arteta berhasil menyuntikkan sedikit “kekejaman” ke dalam timnya. Bayangkan saja, lima detik setelah peluit pertama dibunyikan, Kai Havertz langsung melabrak Rodri di lingkaran tengah! Dulu, Arsenal sering dikritik karena kekurangan ketegasan, terutama saat bertarung melawan City. Namun, musim ini, mereka seolah menolak untuk hanya jadi “anak baik”. Gabriel terus menerus bergulat dengan Haaland, dan Calafiori serta Jurriën Timber menunjukkan bahwa pertahanan Arsenal kini lebih tangguh.
Ingat Arsenal yang sering dikritik karena terlalu lembut? Yah, itu masa lalu. Sekarang mereka datang dengan gigitan yang tajam, siap menantang siapa pun yang berani menghalangi jalan mereka menuju gelar Premier League.
Man City Seharusnya Sudah Siap dengan Set-Piece Arsenal
Kita harus memberi sedikit sindiran di sini, bagaimana mungkin Man City tak siap dengan set-piece Arsenal? Bukankah Gabriel sudah terkenal sebagai ancaman udara? Dari 16 gol Premier League yang dia cetak, 14 di antaranya berasal dari sepak pojok. Dan apakah City belajar dari kesalahan? Tentu saja tidak! Sebelum sundulan Gabriel yang mengubah skor, dia hampir mencetak gol dari situasi yang sama beberapa menit sebelumnya.
Untuk City, melihat sundulan itu seharusnya terasa seperti déjà vu. Tapi, hei, terkadang tim besar pun bisa lupa menyiapkan strategi khusus menghadapi spesialis sepak pojok seperti Arsenal.
Tanda Bahaya untuk City Tanpa Rodri
Setiap tim punya pemain yang tidak tergantikan. Bagi Manchester City, pemain itu adalah Rodri. Ketika dia harus keluar lapangan karena cedera setelah bertabrakan dengan Thomas Partey, ada tanda-tanda bahwa City mulai kehilangan keseimbangan mereka. Tanpa Rodri, City terlihat rapuh, seperti kehilangan perekat yang menyatukan lini tengah mereka. Dan benar saja, Arsenal hampir mencuri kemenangan di Etihad, hanya saja Stones berhasil menyelamatkan City di detik-detik terakhir.
Jika cedera Rodri ternyata serius, bisa jadi ini awal dari retaknya dominasi City. Apakah Guardiola punya solusi cepat? Mungkin, tapi tanpa Rodri, City terlihat seperti tim yang mudah ditembus.
Aksi Penyelamatan Guardiola yang Terlambat
Pep Guardiola, sang ahli taktik yang sering dipuji, tampaknya sedikit terlambat dalam membuat perubahan besar. Arsenal yang bermain dengan 10 orang bertahan mati-matian di babak kedua, mengandalkan formasi “5-4-0” (ya, tanpa penyerang!). Tapi, bukannya mengubah taktik lebih awal, Pep baru memasukkan Phil Foden di menit ke-70 dan Jack Grealish di menit ke-78. Akibatnya? City harus menunggu hingga menit ke-98 untuk menyamakan kedudukan. Bukan momen terbaik Pep, bukan?
Namun, kredit tetap harus diberikan untuk Arsenal. Mereka bertahan dengan gigih sepanjang babak kedua, menghadapi 20 tembakan tanpa mampu melakukan satu pun serangan balik.
Klasemen Liga Inggris
Posisi | Tim | Main | Menang | Seri | Kalah | Gol | Poin |
---|---|---|---|---|---|---|---|
1 | Man City | 6 | 5 | 1 | 0 | 15 | 16 |
2 | Arsenal | 6 | 4 | 2 | 0 | 12 | 14 |
3 | Liverpool | 6 | 4 | 1 | 1 | 14 | 13 |
4 | Tottenham Hotspur | 6 | 3 | 3 | 0 | 11 | 12 |
Jangan lupa, ikuti terus berita dan pembaruan terkini di BolaBanter.com serta follow akun Instagram resmi kami di @bolabanterdotcom agar tidak ketinggalan momen seru!
Sumber: