Karier Dele Alli makin tak jelas arahnya kemana setelah melewati fase penuh pasang surut dalam beberapa tahun terakhir. Dari masa keemasan bersama Tottenham Hotspur hingga akhirnya berlabuh di Como dengan harapan bangkit, perjalanan pemain berusia 29 tahun ini semakin sarat drama. Pertanyaan besar pun muncul, apakah masih ada jalan bagi Dele untuk kembali ke level terbaiknya.
Perjalanan Turbulen Seorang Wonderkid
Dele Alli pernah menjadi salah satu talenta paling menjanjikan di Inggris. Ia sempat mencatat 37 caps bersama Timnas Inggris dan memenangkan penghargaan PFA Young Player of the Year sebanyak dua kali. Pada masa jayanya di Tottenham, ia dikenal sebagai gelandang kreatif yang mampu mencetak gol penting. Namun karier Dele Alli mulai menurun sejak meninggalkan Spurs pada 2021.

Sejak saat itu, Dele hanya tampil sebanyak 29 kali dalam empat tahun terakhir. Catatan tersebut terbagi atas 13 laga bersama Everton, 15 pertandingan saat dipinjamkan ke Besiktas, dan satu penampilan singkat di Como. Fakta ini menunjukkan betapa drastis penurunan karier Dele Alli yang dahulu menjadi andalan lini tengah Spurs.
Awal Baru di Como yang Berakhir Cepat
Pada 2024, Dele bergabung dengan Como, klub promosi Serie A yang dilatih oleh Cesc Fabregas. Kedatangan Dele sempat disambut penuh harapan, apalagi klub ini juga dikenal karena dikelola dengan sentuhan modern dan didukung figur publik dunia. Namun debut Dele hanya berlangsung selama 10 menit melawan AC Milan. Pertandingan itu berakhir dengan kartu merah setelah ia dianggap melanggar Ruben Loftus-Cheek. (Goal)
Dele membela dirinya dengan mengatakan, “For me it was clear what I was trying to do, it was a tactical foul, a tactical yellow, no malice or force, or recklessness in the challenge. You see the pictures after the game of my stud on his calf but there was no force or anything. If you pause the image of course it looks bad.”

Namun, keputusan wasit tetap tidak berubah dan Fabregas tak lagi memberinya kesempatan tampil setelah insiden itu.
Alasan Berpisah dengan Como
Pada September 2025, Como dan Dele merilis pernyataan bersama terkait pemutusan kontrak. Dalam pernyataan itu disebutkan,
“Como 1907 and Dele Alli have agreed to a mutual termination of his contract. Dele is keen to secure regular playing opportunities and, as he was not part of the club’s immediate plans, both parties felt it was the right decision to part ways ahead of the transfer window closing. The club thanks Dele for his time at Como and wishes him the very best for the future.”

Sikap profesional ini setidaknya menunjukkan bahwa kedua pihak berpisah tanpa konflik. Namun faktanya, nomor punggung 8 milik Dele langsung dialihkan ke Sergi Roberto yang baru datang, memperlihatkan bahwa Como sudah menyiapkan jalan keluar sejak awal.
Cedera dan Faktor Mental
Banyak pihak menilai kemunduran karier Dele Alli disebabkan oleh cedera berulang dan kondisi mental yang tidak stabil. Dean Lewington, rekan setimnya di MK Dons, mengungkapkan dalam wawancara dengan talkSPORT,
“It’s a shame. I think everyone thought Como was a good move – getting out of the limelight of England and going away and just getting his head down and playing games, it seemed like it would be the right move for him. But it’s just a shame it doesn’t seem to have worked out, for whatever reason. I think injuries are a big part. He just can’t seem to get a run of games or get any football.”

Perubahan manajer di Tottenham, terutama setelah Mauricio Pochettino pergi, juga disebut berpengaruh besar. Ditambah dengan sorotan publik dari dokumenter Amazon Prime yang memperlihatkan peringatan Jose Mourinho, kondisi Dele semakin sulit untuk bangkit.
Ambisi Piala Dunia 2026
Menariknya, Dele Alli sempat mengungkapkan target pribadinya untuk tampil di Piala Dunia 2026. Dalam sebuah acara di Sky Sports ia berkata,
“You know you can set reminders on your phone, I have a reminder at 11 o’clock every day that says, ‘World Cup 2026’. That’s my aim for now. I think that people will be like, ‘he hasn’t played in a year’, but I don’t care, I know my level.”

Sayangnya, dengan kondisi saat ini target tersebut tampak semakin jauh. Persaingan di lini tengah Inggris sudah dipenuhi nama besar seperti Jude Bellingham, Cole Palmer, Eberechi Eze, hingga Declan Rice. Peluang Dele untuk menembus skuad utama terlihat sangat tipis meski ia mampu menemukan klub baru.

Klub Tujuan Berikutnya untuk Dele
Spekulasi mengenai masa depan Dele Alli terus bermunculan. Beberapa klub yang dikaitkan dengannya antara lain:
- Wrexham: Klub milik Ryan Reynolds dan Rob McElhenney ini disebut tertarik karena potensi peningkatan popularitas global.
- Birmingham City: Klub yang sebagian dimiliki Tom Brady sempat tertarik, namun kabarnya mundur setelah memeriksa detail kesepakatan.
- West Bromwich Albion: Dilatih oleh Ryan Mason, mantan rekan setim Dele, klub ini sedang dalam performa baik dan bisa menjadi pilihan realistis.
- Swansea City: Disebut punya peluang karena adanya keterlibatan Luka Modric sebagai investor.
- LAFC: Sejumlah fans Tottenham berspekulasi tentang reuni Dele dengan Son Heung-min dan Hugo Lloris yang kini memperkuat klub tersebut.
Pilihan klub ini menunjukkan bahwa karier Dele Alli mungkin akan berlanjut di panggung yang lebih kecil, dengan harapan bisa membangun kembali reputasi dan kebugarannya.
Catatan Penting dalam Karier Dele Alli
Untuk memahami situasi Dele lebih mudah, berikut beberapa catatan penting dalam perjalanannya:
- 29 laga dalam 4 tahun. Sejak meninggalkan Tottenham, jumlah pertandingan Dele di level top sangat terbatas.
- Satu penampilan di Como. Satu-satunya laga itu berakhir dengan kartu merah.
- Cedera berulang menjadi penghalang utama bagi konsistensi performanya.
- Target Piala Dunia 2026. Sebuah ambisi besar yang kini semakin sulit diraih.
Fakta-fakta ini memperkuat pandangan bahwa karier Dele Alli makin tak jelas arahnya kemana.
Prioritas Seharusnya Bagi Dele Alli
Di tengah semua drama dan sorotan media, prioritas utama Dele seharusnya adalah kesehatan fisik dan mentalnya. Banyak pengamat percaya bahwa fokus pada kebugaran dan rutinitas bermain reguler lebih penting ketimbang memaksakan target besar. Meski ambisi tampil di Piala Dunia terdengar menginspirasi, langkah realistis seperti bergabung dengan klub yang bisa memberinya menit bermain rutin akan lebih berdampak positif.
Analisa Akhir Mengenai Masa Depannya
Karier Dele Alli makin tak jelas arahnya kemana karena berbagai faktor mulai dari cedera, pergantian manajer, hingga keputusan pribadi yang kurang tepat. Meski begitu, publik masih berharap akan adanya kisah kebangkitan. Apabila ia mampu menurunkan egonya dan menerima tantangan di level yang lebih rendah, peluang untuk kembali bersinar tetap terbuka.
Kisah Dele sejatinya adalah cermin betapa rapuhnya karier pesepakbola. Dari sorotan sebagai bintang muda Tottenham, kini ia harus berjuang keras untuk sekadar menemukan klub yang bisa memberinya menit bermain. Dunia sepakbola tentu menantikan apakah Dele mampu menulis babak baru penuh kejutan atau sekadar menjadi nostalgia dari generasi emas yang tak sampai puncak.