Setelah menjalani 36 pertandingan tanpa terkalahkan, Real Madrid akhirnya tumbang di tangan Lille. Satu-satunya gol dari laga Liga Champions tersebut dicetak oleh Jonathan David melalui penalti di babak pertama, sementara Vinicius Junior, Jude Bellingham, dan bahkan Kylian Mbappe yang baru pulih dari cedera tidak mampu menyamakan kedudukan. Bukan hanya kekalahan yang menjadi sorotan, namun juga performa Real Madrid yang jauh dari kata memuaskan.
Carlo Ancelotti, pelatih Real Madrid, tidak menutup mata terhadap hal ini. Dalam konferensi pers setelah pertandingan, ia dengan jujur mengakui bahwa kritik terhadap timnya kali ini sepenuhnya adil. “Saya sangat jujur, kritik untuk pertandingan hari ini sangat layak, benar, kita harus menerimanya,” ujar Ancelotti. “Kami tidak menunjukkan versi terbaik dari diri kami.”
Meski musim baru dimulai, ini bukan kali pertama Ancelotti berbicara seperti itu di musim 2024-25. Di Real Madrid, setiap hasil buruk selalu disoroti dengan intens. Jadi, apa yang sebenarnya terjadi pada Real Madrid saat ini dan seberapa besar dampaknya?
Awal yang Goyah
Real Madrid tidak memulai musim La Liga dengan baik. Pertandingan pembuka mereka berakhir imbang 1-1 melawan Mallorca, dan itu sudah cukup untuk membuat Ancelotti merasa perlu merenung tentang “masalah dan solusi”. Padahal, malam itu seharusnya menjadi debut Mbappe yang gemilang di Spanyol, bukan soal analisa kelemahan tim.
Kemudian, kekhawatiran tentang kemampuan serangan Real Madrid terus muncul. Bisakah Mbappe, Vinicius Jr., dan Rodrygo benar-benar bekerja sama dengan efektif? Saat mereka kembali bermain imbang di Las Palmas pada pertandingan ketiga, dengan hanya mengumpulkan lima poin dari sembilan yang mungkin, tanda tanya semakin besar.
Namun, kekhawatiran itu sedikit mereda ketika Mbappe mulai mencetak gol secara konsisten, ia kini menjadi pencetak gol terbanyak tim dengan tujuh gol dari sepuluh pertandingan. Meski demikian, tanda-tanda masalah lain muncul, terutama terkait stabilitas pertahanan tim. Contoh nyata terlihat pada kemenangan 3-2 atas Alaves pekan lalu, di mana Madrid hampir membuang keunggulan tiga gol dalam 10 menit terakhir. Satirnya, mungkin pemain Madrid berpikir mereka bermain di mode “easy” FIFA.
Cedera: Musuh Utama Real Madrid
Kabar buruk lainnya datang ketika Mbappe mengalami cedera otot dalam pertandingan tersebut, memaksa Ancelotti untuk mengubah formasi menjadi 4-4-2 saat melawan Atletico Madrid. Hasilnya? Hanya imbang 1-1. Ancelotti kembali menggunakan formasi tersebut saat melawan Lille, namun tidak ada peningkatan yang signifikan. Tim ini seolah kehilangan kreativitas, dan kepemilikan bola terasa lamban.
“Penguasaan bola kami lambat dan kami kekurangan ide,” ujar Ancelotti. “Ini jelas karena kami memiliki penyerang yang harus bermain lebih vertikal. Jika Anda kesulitan mengontrol bola dan datang dengan lambat, itu masalah.”
Dan seolah cedera Mbappe belum cukup, kabar buruk lainnya datang dari Eder Militao yang harus keluar di menit ke-57 karena masalah pada paha kirinya. Jika Militao harus absen, Madrid akan kehilangan lagi satu bek tengah andalan. Saat ini, daftar pemain cedera sudah mencakup nama-nama seperti Thibaut Courtois, David Alaba, Dani Ceballos, dan Brahim Diaz. Dengan begitu banyak pemain cedera, Madrid seakan-akan sedang bermain di mode “survival” dalam gim.
Bahkan, beberapa pemain kunci yang diturunkan melawan Lille baru saja pulih dari cedera, seperti Mbappe dan Eduardo Camavinga, yang terlihat tidak sepenuhnya fit di penghujung laga. Dengan kalender yang padat, masalah fisik para pemain menjadi musuh utama. “Semua orang tahu bagaimana jadwal pertandingan, orang yang bertanggung jawab, biarkan mereka memikirkannya,” kata Andriy Lunin dengan sedikit sarkasme.
Kurangnya Kedalaman Skuad
Jika Militao tak bisa dimainkan, opsi Ancelotti semakin terbatas. Hanya tersisa Antonio Rudiger dan Jesus Vallejo, yang sejauh ini belum menunjukkan performa terbaiknya. Solusi darurat mungkin dengan memainkan Aurelien Tchouameni di lini pertahanan, walaupun itu jelas bukan skenario ideal.
Pihak klub sebenarnya sudah mempertimbangkan untuk merekrut bek baru musim panas lalu setelah gagal mendapatkan Leny Yoro, namun mereka memutuskan untuk tidak memperkuat posisi tersebut. Keputusan yang kini tampaknya seperti salah langkah. Untuk musim yang bisa berlangsung hingga 70 pertandingan, tidak adanya kedalaman skuad di sektor ini adalah risiko besar.
Selain itu, absennya Toni Kroos juga sangat terasa. Meskipun Real Madrid memiliki lini tengah yang bertalenta, seperti Camavinga, Tchouameni, Valverde, dan Bellingham, kehilangan seorang maestro seperti Kroos jelas bukan hal yang mudah diatasi. Kroos seperti coffee break di tengah hari kerja, tanpa dia, segalanya terasa kurang lancar.
Apa yang Harus Dilakukan?
Di tengah segala masalah ini, satu hal yang jelas: Real Madrid tidak bisa terus bergantung pada talenta individu seperti Mbappe atau Vinicius Jr. untuk menyelamatkan mereka. Tim ini butuh keseimbangan, baik di lini pertahanan maupun di lini tengah. Ancelotti dan staf kepelatihannya perlu menemukan solusi cepat, terutama terkait rotasi pemain agar cedera tidak semakin merajalela.
Untuk para penggemar, mungkin ini saatnya mengatur ekspektasi sedikit lebih realistis. Real Madrid masih tim besar, namun bahkan tim besar pun punya hari-hari buruknya. Jangan lupa untuk terus mengikuti berita terbaru seputar Real Madrid di BolaBanter.com dan follow akun resmi Instagram @bolabanterdotcom untuk update info menarik lainnya!
Sumber: