Thiago Motta dan 300 Hari Kelam di Juventus

Proyek Thiago Motta Runtuh dalam 300 Hari

Saat Juventus menunjuk Thiago Motta sebagai pelatih pada 12 Juni 2024, ekspektasi tinggi langsung menyelimuti Allianz Stadium. Motta, yang sebelumnya sukses membangun Bologna dengan sepak bola menyerang nan progresif, dipercaya bisa mengembalikan kejayaan Bianconeri. Namun, 284 hari kemudian, proyek ini malah berubah menjadi mimpi buruk. Juventus terpuruk di liga, tersingkir dari Champions League dan Coppa Italia, serta mengalami perpecahan internal.

Thiago Motta-Bola Banter

Kini, dengan posisi mereka di luar zona Liga Champions, Juventus sudah hampir pasti memecat Motta dan menunjuk Igor Tudor sebagai penggantinya. Namun, di balik semua ini, siapa yang sebenarnya harus disalahkan? Apakah Motta memang gagal total? Atau ada masalah yang lebih dalam di dalam manajemen Juventus?

Awal Musim yang Menjanjikan, Tapi…

Di awal musim, Juventus memang tidak tampil meyakinkan, tetapi mereka masih mampu meraih hasil positif. Mereka tak terkalahkan di Serie A hingga Januari 2025, meskipun terlalu banyak hasil imbang yang membuat mereka tertinggal dari Inter, Napoli, dan Atalanta.

Bahkan, ada beberapa momen di mana Juventus tampak seperti tim yang tangguh. Contohnya, saat mereka menang dramatis 3-2 atas RB Leipzig di Champions League. Dalam laga itu, Gleison Bremer mengalami cedera parah, dan Juventus harus bermain dengan 10 orang. Namun, mereka tetap mampu membalikkan keadaan.

Selain itu, kemenangan 2-0 atas Manchester City di bulan Desember juga memberi harapan bahwa Juventus sedang menuju arah yang benar. Namun, semua itu ternyata hanya ilusi.

Statistik dan Fakta Kunci

StatistikNilai
Points di Serie A52 poin dari 29 pertandingan
Kekalahan Terberat4-0 vs Atalanta
Durasi Proyek Juventus284 hari

Selain itu, Juventus tersingkir dari Champions League dan Coppa Italia setelah kalah dari PSV dan Empoli. Saat ini, mereka tertinggal satu poin di belakang Bologna di Serie A. Namun, seiring berjalannya waktu, performa tim justru semakin memburuk.

Sumber: OneFootball | Gazzetta dello Sport | Juventus Official

Kekalahan Beruntun dan Kehancuran di Awal 2025

Sayangnya, Juventus mulai kehilangan arah setelah pergantian tahun. Hasil imbang berubah menjadi kekalahan dan inkonsistensi semakin terlihat. Juventus tersingkir dari Supercoppa Italia setelah kalah dari Milan, yang saat itu baru saja menunjuk Sergio Conceiçao sebagai pelatih.

Tak berhenti di situ, Juventus kemudian mengalami dua pukulan telak: tersingkir dari Champions League oleh PSV dan terdepak dari Coppa Italia oleh Empoli, sebuah kekalahan yang bahkan disebut “memalukan” oleh Motta sendiri.

Thiago Motta-Bola Banter

Namun, yang lebih mencolok adalah kekalahan beruntun dengan skor mencolok. Juventus kalah 4-0 dari Atalanta, yang menjadi kekalahan kandang terburuk mereka sejak 1967. Lalu, mereka dihajar Fiorentina dengan skor mencolok, membuat suasana di klub semakin suram.

“Juventus sekarang lebih sering kebobolan daripada ATM tanpa password,” ujar seorang fans yang frustrasi.

Konflik Internal dan Kegagalan Kepemimpinan

Di luar lapangan, masalah semakin menumpuk. Motta berselisih dengan Danilo, yang kemudian hengkang di bulan Januari. Selain itu, dia juga tidak memberi cukup menit bermain kepada Nicolò Fagioli, yang akhirnya meninggalkan klub.

Thiago Motta-Bola Banter

Kepergian Danilo menciptakan masalah baru: Juventus kehilangan figur pemimpin di ruang ganti. Manuel Locatelli akhirnya ditunjuk sebagai kapten, tetapi sebelum itu, Motta sempat membuat keputusan aneh dengan memberikan armband kepada berbagai pemain, termasuk Teun Koopmeiners dan bahkan Weston McKennie.

“Juventus kayak acara reality show. Hari ini kaptennya si A, besok bisa si B,” komentar seorang pengamat sepak bola.

Bukan hanya itu, Dusan Vlahovic juga terlibat konflik dengan Motta. Striker asal Serbia itu hanya bermain 455 menit sepanjang tahun 2025, terutama setelah Randal Kolo Muani bergabung dari PSG. Saat laga melawan Milan di Supercoppa, keduanya bahkan sempat beradu argumen di ruang ganti.

Keputusan Pemecatan dan Apa Selanjutnya?

Setelah melalui beberapa pertemuan dengan direktur klub Cristiano Giuntoli serta pemilik Juventus John Elkann, akhirnya keputusan diambil: Thiago Motta akan dipecat. Namun, menariknya, hanya seminggu sebelumnya Giuntoli masih menyatakan dukungan kepada sang pelatih.

Kini, Juventus akan menunjuk Igor Tudor untuk mengisi posisi pelatih hingga akhir musim. Meski demikian, masalah di klub ini tidak hanya terletak pada Motta. Juventus sudah menghabiskan banyak uang untuk pemain seperti Douglas Luiz, Teun Koopmeiners, dan Nico Gonzalez, tetapi hasilnya jauh dari harapan.

Igor Tudor-Bola Banter

Selain itu, beberapa pemain muda yang dilepas seperti Fagioli dan Dean Huijsen justru berkembang pesat di klub lain. Ini menunjukkan bahwa masalah manajemen juga berkontribusi pada kehancuran musim ini.

Siapa yang Harus Disalahkan?

Motta mungkin akan menjadi kambing hitam utama, tetapi dia bukan satu-satunya yang bersalah. Juventus menghadapi masalah struktural, dari transfer yang buruk hingga konflik internal yang tidak terselesaikan.

Satu hal yang pasti, musim ini akan diingat sebagai salah satu musim paling mengecewakan dalam sejarah Juventus. Kini, hanya finis di empat besar Serie A yang bisa sedikit menyelamatkan muka mereka.

Thiago Motta-Bola Banter

Namun, dengan sisa sembilan pertandingan dan performa yang anjlok, apakah mereka masih bisa bangkit?

Sementara kita menunggu kelanjutan drama ini, jangan lupa ikuti update terbaru seputar sepak bola di BolaBanter.com dan follow Instagram @bolabanterdotcom untuk berita harian, analisis tajam, serta gosip-gosip sepak bola yang tak boleh dilewatkan!

Sumber: