“Heidenheim melakukan sesuatu yang luar biasa hari ini,” ujar Frank Schmidt, pelatih legendaris Heidenheim, dengan penuh semangat setelah timnya hampir mencuri poin dari RB Leipzig. “Banyak orang mungkin tidak menyadari betapa luar biasa tim saya tampil hari ini melawan peserta Liga Champions, berjuang sampai akhir untuk mendapatkan hasil.”
RB Leipzig keluar sebagai pemenang di laga Bundesliga yang mungkin tidak banyak orang prediksi akan seseru ini. Namun, pertandingan ini memberi kita sebuah drama yang memukau, menggabungkan semangat juang dan perbedaan kekuatan finansial antara kedua klub. Schmidt bahkan merasa perlu membela penampilan timnya setelah minggu bersejarah bagi Heidenheim.
Perjalanan Epik Schmidt: Dari Divisi Lima hingga Liga Eropa
Mari kita ingat betapa jauhnya Schmidt membawa Heidenheim. Sejak memegang kendali klub pada 2007, Schmidt memimpin mereka dari divisi lima hingga Bundesliga. Musim ini adalah yang paling bersejarah bagi mereka, terutama setelah kemenangan atas Olimpija Ljubljana di laga Liga Konferensi Eropa pada Kamis malam. Bahkan, kalau saja tendangan Jan Schöppner mengenai gawang bukannya tiang, cerita Heidenheim bisa lebih spektakuler. Namun, nasib berkata lain ketika Loïs Openda dari Leipzig mencetak gol yang menutup kemenangan dengan finishing yang elegan.
Bagi Leipzig, ini hanya bisnis seperti biasa. Schmidt bahkan mengakui, “Mereka memiliki nilai skuad yang mungkin 12 kali lipat dari kami.” Ya, bisa dibilang perbedaan itu seperti membandingkan harga cabe di pasar dengan gadget di mal besar. Tapi siapa yang bilang duit besar selalu bikin menang?
Heidenheim vs RB Leipzig: Sejarah Ketegangan yang Terus Membara
Walaupun Heidenheim dan Leipzig punya banyak kesamaan, keduanya adalah tim yang mengejutkan dunia sepak bola Jerman dengan kenaikan pesat mereka, persaingan ini tidak pernah hanya soal bola. Pendukung Heidenheim tak pernah menyembunyikan rasa tidak sukanya terhadap RB Leipzig sejak pertama kali bertemu pada 2013, saat keduanya masih berlaga di divisi tiga. Bahkan sebelum laga minggu ini, pihak stadion Voith-Arena sampai harus memasang keamanan 24 jam untuk mencegah insiden seperti tahun lalu, di mana tribun tamu diserang dengan asam butirat oleh pelaku bertopeng. Ya, aroma muntahan di tribun jadi “kenang-kenangan” tak terlupakan bagi pengunjung.
Leipzig yang Terus Menerobos Batas
Terlepas dari segala benci yang diarahkan kepada mereka, Leipzig tetap fokus pada target besar. Setelah kekalahan dari Juventus di Liga Champions, klub langsung menganalisis kekurangan mereka. Pelatih Marco Rose tetap berada di bawah pengawasan ketat meski sudah melakukan pekerjaan baik. “Setiap kali ada kesempatan bagi Leipzig untuk naik ke puncak, mereka selalu gagal,” keluh Oliver Mintzlaff, ketua dewan pengawas.
Namun, kemenangan melawan Heidenheim menunjukkan mereka masih punya taji. Loïs Openda, yang sebelumnya tidak dalam performa terbaiknya, akhirnya mencetak gol krusial setelah sebelumnya gol Benjamin Sesko dianulir karena pelanggaran yang diperdebatkan. Leipzig, yang meskipun masih belum terkalahkan, tahu bahwa mereka bisa lebih baik lagi, lebih tajam, dan lebih konsisten.
Karena Kemenangan Itu Bukan Segalanya
Nah, di tengah semua drama ini, mungkin fans Heidenheim berpikir, “Kita cuma butuh satu gol lagi, masak susah sih?” Tapi ya, kalau sudah lawan Leipzig, yang modalnya lebih besar dari jumlah cabe rawit di pasar, sepertinya berjuang sampai akhir pun kadang cuma terasa seperti jalan di tempat.
Namun, Heidenheim tidak kehilangan semangat. Schmidt menekankan bahwa meski tidak punya kemewahan seperti Leipzig, ambisi mereka tetap besar. Ya, mungkin anggaran transfer mereka tidak bisa beli bintang seperti di Leipzig, tapi setidaknya bisa dapatkan dua kilo cabe rawit segar, kan?
Jadwal Bundesliga Pekan Depan (WIB)
Tanggal | Tim | Jam |
---|---|---|
14 Okt | Bayern Munich vs Mainz | 21:30 |
15 Okt | Leipzig vs Eintracht | 00:30 |
15 Okt | Heidenheim vs Wolfsburg | 20:30 |
Sumber: