Pertandingan Arsenal kontra Manchester City di Emirates Stadium akan menjadi ujian terbesar musim ini. Arsenal kembali menghadapi dilema pelik soal rotasi strategi Arteta menjelang laga penting Premier League. Fokus utama terletak pada peran Declan Rice dan Mikel Merino di lini tengah yang selama ini menuai banyak diskusi. Bukan hanya soal kedalaman skuad, melainkan juga kreativitas serangan yang tampak goyah ketika keduanya bermain bersamaan.

Sky Sports melaporkan bagaimana Arsenal meraih kemenangan 2-0 atas Athletic Club di Bilbao, tetapi tetap menyisakan tanda tanya. Gabriel Martinelli dan Leandro Trossard memang menyelamatkan hasil lewat peran mereka sebagai super sub, namun mengapa Arsenal harus menunggu pergantian pemain untuk mendapatkan kreativitas?
Arsenal Menunjukkan Kekuatan Skuad Lebih Dalam
Jika dibandingkan musim lalu, kedalaman skuad Arsenal jelas meningkat pesat. Masuknya pemain baru serta rotasi strategi Arteta di berbagai posisi membuat tim lebih fleksibel. Namun, kemenangan di Bilbao tetap menunjukkan kelemahan mendasar. Arsenal memiliki penguasaan bola lebih dari 65 persen, tetapi hanya menghasilkan satu tembakan tepat sasaran.

Arteta mengakui hal itu dalam konferensi pers setelah pertandingan. Ia mengatakan:
“We knew that in the first 20 to 25 minutes it was going to be really tough, especially the way they played. It was so intense, a lot of direct players, a lot of duels.”
Pernyataan tersebut menggambarkan fokus Arteta pada duel fisik dan struktur pertahanan. Sayangnya, pendekatan itu mengorbankan fluida permainan menyerang. Inilah yang menjadi dilema besar menjelang duel dengan Manchester City.
Statistik Buruk Duet Rice dan Merino
Arsenal beberapa kali menurunkan Rice dan Merino sebagai dua gelandang utama. Namun, hasilnya jauh dari memuaskan. Dari sembilan laga Premier League yang dimulai keduanya, hanya satu kemenangan yang didapat. Itu pun datang saat menghadapi Ipswich, lawan dengan level kompetitif jauh di bawah City.
Daftar pertandingan Arsenal dengan Rice dan Merino sebagai starter di Premier League:
- Bournemouth 2-0 Arsenal
- Arsenal 2-2 Liverpool
- Newcastle 1-0 Arsenal
- Arsenal 0-0 Everton
- Brighton 1-1 Arsenal
- Arsenal 2-2 Aston Villa
- Everton 1-1 Arsenal
- Ipswich 0-4 Arsenal
- Liverpool 1-0 Arsenal

Kecenderungan yang muncul jelas. Arsenal kesulitan menciptakan peluang ketika Rice dan Merino dipasang bersamaan. Keduanya memiliki gaya permainan serupa, yakni ingin berlari dari lini kedua untuk mencetak gol. Akibatnya, tidak ada sosok yang fokus mengatur tempo permainan.
Pertimbangan Rotasi Strategi Arteta di Lini Tengah
Ketiadaan Martin Odegaard dalam beberapa laga terakhir semakin memperparah masalah kreativitas Arsenal. Saat menghadapi Liverpool, Odegaard hanya duduk di bangku cadangan karena cedera bahu. Jika kondisinya belum pulih saat melawan City, Arteta wajib mengambil keputusan penting.
Ada beberapa opsi yang tersedia:
- Ethan Nwaneri
Gelandang muda berusia 18 tahun sudah membuktikan diri mampu mengisi peran Odegaard ketika melawan Leeds dan Nottingham Forest. Arteta bahkan sempat memujinya setelah kemenangan 3-0 atas Forest. Namun, absennya Nwaneri saat menghadapi Bilbao menandakan Arteta belum sepenuhnya mempercayakan laga besar kepadanya. - Eberechi Eze
Rekrutan anyar Arsenal ini sebenarnya lebih nyaman bermain sebagai playmaker ketimbang winger. Namun, Arteta memaksanya tetap berada di sisi kiri saat melawan Athletic. Dalam satu momen, Eze bergerak ke tengah dan langsung mendapat teguran dari Arteta agar tetap menjaga posisi di sayap. Jika dipindahkan ke nomor 10, Arsenal butuh pengganti di sektor sayap. - Mengandalkan Rice atau Merino lebih maju
Meski sudah berulang kali gagal, Arteta bisa saja tetap memilih kombinasi ini demi duel fisik menghadapi City. Keputusan ini tentu penuh risiko karena berarti Arsenal kembali menaruh kreativitas di bangku cadangan.

Peran Penting Pemain Pengganti
Salah satu ciri khas Arsenal musim ini adalah kekuatan pemain pengganti. Gabriel Martinelli dan Leandro Trossard sudah beberapa kali menjadi pemecah kebuntuan.
- Martinelli hanya butuh 35 detik setelah masuk lapangan untuk mencetak gol ke gawang Bilbao.
- Trossard mencatat satu gol dan dua assist dari dua penampilan terakhir sebagai pemain cadangan.

Arteta bahkan menegaskan betapa pentingnya peran pengganti. Ia berkata:
“They are at least equally important, or more important. We have discussed that the ‘finishers’ are going to be more important this season, sometimes more than the starters. We can change the game there.”
Pernyataan ini memperlihatkan bahwa rotasi strategi Arteta tidak hanya berlaku di lini tengah, tetapi juga di sektor sayap dan lini depan.
Dilema Lini Belakang yang Semakin Kompleks
Selain lini tengah, ada juga dilema pertahanan. William Saliba sudah pulih dari cedera, tetapi Cristhian Mosquera tampil solid sejak menjadi starter. Apakah Arteta akan langsung mengembalikan Saliba atau tetap memberikan kepercayaan pada Mosquera?

Di sisi lain, Riccardo Calafiori dan Myles Lewis-Skelly juga menjadi kandidat kuat untuk tampil. Lewis-Skelly bahkan mencetak gol pada pertemuan terakhir melawan City, sebuah faktor emosional yang bisa memengaruhi keputusan Arteta.
Faktor yang Bisa Menentukan Laga Arsenal vs Man City
Untuk memahami lebih dalam, berikut adalah faktor-faktor penting yang bisa menentukan hasil pertandingan:
- Kondisi Martin Odegaard dan Bukayo Saka
Jika keduanya tidak fit, kreativitas Arsenal akan sangat terbatas. - Efektivitas rotasi strategi Arteta di lini tengah
Kombinasi Rice dan Merino perlu dievaluasi dengan hati-hati. - Dampak pemain pengganti
Martinelli dan Trossard terbukti bisa menjadi penentu kemenangan. - Kualitas pertahanan
Pemilihan antara Mosquera dan Saliba dapat menjadi titik krusial. - Mental bertanding di laga besar
Laga ini akan memperlihatkan apakah Arsenal bisa lepas dari label “defensif di pertandingan besar”.

Rotasi Strategi Arteta dan Konteks Premier League
Arsenal tidak boleh kehilangan poin jika ingin bersaing dengan Liverpool yang mulai menciptakan jarak di puncak klasemen. Musim lalu, Arsenal tertinggal karena kehilangan momentum di periode krusial. Dengan City sebagai lawan langsung, rotasi strategi Arteta menjadi penentu apakah tim bisa tampil berani atau kembali konservatif.

Atmosfer di Emirates dipastikan panas mengingat rivalitas yang semakin memanas. Arteta sendiri menyebut pertandingan seperti ini sebagai sebuah kesempatan. Baginya, ini bukan sekadar laga tiga poin, tetapi juga momen pembuktian mentalitas tim.
Apa yang Bisa Dipetik dari Bilbao
Kemenangan atas Athletic Club memang membawa tiga poin, tetapi juga menyajikan gambaran jelas. Arsenal mampu bertahan dengan baik, tetapi kurang menggigit dalam menyerang. Jika pola serupa dipakai melawan City, hasilnya bisa fatal.

Hal yang sama terlihat saat melawan Liverpool. Arsenal terlalu menahan diri, menunggu hingga menit akhir untuk melakukan perubahan. City bukan lawan yang bisa diberi ruang seperti itu. Mereka akan menghukum setiap kelemahan dalam sekejap.
Arsenal Harus Tunjukkan Ambisi
Laga ini bukan hanya soal poin, tetapi soal pesan. Apakah Arsenal akan memilih bermain aman dengan Rice dan Merino di lini tengah, atau berani menurunkan pemain kreatif sejak awal. Apakah rotasi strategi Arteta dimaksudkan hanya untuk menjaga struktur, atau juga untuk mengirim sinyal bahwa Arsenal siap menjadi juara.

Dengan skuad yang lebih dalam dibanding musim lalu, Arteta memiliki semua alat untuk mengambil keputusan tepat. Namun, keputusan itu akan diuji seketika di lapangan.
Analisa Akhir Jelang Duel Krusial
Dari seluruh pembahasan, jelas bahwa rotasi strategi Arteta adalah kunci yang bisa menentukan hasil. City bukan lawan sembarangan, dan Arsenal tidak bisa mengandalkan pertahanan semata. Peran Odegaard, Saka, Martinelli, dan Trossard bisa menjadi penentu apakah laga ini berakhir dengan pernyataan besar atau justru mengulang kekecewaan musim lalu.
Jika Arteta berani menurunkan susunan kreatif sejak awal, Arsenal berpotensi membuat perbedaan. Namun, jika kembali terlalu berhati-hati, City bisa memanfaatkan kelemahan tersebut. Dengan tekanan dari Liverpool di puncak klasemen, inilah momen yang akan menguji bukan hanya para pemain, tetapi juga filosofi sang pelatih.