Sebuah Babak Baru di Old Trafford
Rúben Amorim akan memulai petualangan baru di Manchester United dengan misi besar: menghidupkan kembali identitas menyerang klub yang melegenda. Klub ini telah kehilangan “wow” factor sejak era Sir Alex Ferguson berakhir. Meski Ole Gunnar Solskjær sempat memberikan kilasan kejayaan melalui serangan balik yang cepat, pelatih seperti David Moyes, Louis van Gaal, José Mourinho, hingga Erik ten Hag lebih dikenal dengan pendekatan taktis yang kaku. Kini, Amorim siap menghadirkan gaya permainan agresif yang memukau.
Formasi Baru, Masalah Lama
Amorim sudah menegaskan bahwa United tidak bisa bermain sebertahan seperti Sporting CP, klub yang sebelumnya ia tangani. Setelah kemenangan gemilang 4-1 atas Manchester City di Liga Champions, ia menyebutkan bahwa United harus lebih ofensif. Namun, ini bukan tugas yang mudah, terutama dengan skuad yang terbiasa bermain dalam formasi berbeda.
Sebagai penggemar berat formasi 3-4-3, Amorim dihadapkan pada tantangan besar. Lini pertahanan United, meskipun kaya akan opsi, perlu disesuaikan. Jika Lisandro Martínez, Matthijs de Ligt, dan Leny Yoro yang cedera menjadi pilihan utama, pertanyaannya adalah apakah mereka mampu menghidupkan serangan dari lini belakang seperti yang diinginkan Amorim.
Eksperimen di Sisi Sayap
Lini sayap United juga menjadi area yang perlu perhatian khusus. Amorim dikenal gemar menggunakan wing-back cepat, namun United tidak memiliki opsi yang serupa dengan Geovany Quenda dan Maximiliano Araújo di Sporting. Diogo Dalot dan Noussair Mazraoui mungkin cocok, tapi apakah mereka memiliki stamina dan kecepatan yang diperlukan untuk peran ini?
Di sisi kiri, masalah makin kompleks. Luke Shaw dan Tyrell Malacia sering absen karena cedera. Opsi lain seperti Marcus Rashford dan Alejandro Garnacho mungkin menarik, tetapi keduanya cenderung kurang disiplin dalam bertahan. Jika solusi internal gagal, Amorim mungkin harus menunggu hingga bursa transfer untuk mencari pengganti.
Dilema Lini Tengah
Amorim juga menghadapi dilema di lini tengah. Jika memilih formasi berlian, ia harus menempatkan Bruno Fernandes atau Kobbie Mainoo di posisi playmaker. Namun, itu berarti salah satu dari Casemiro atau Manuel Ugarte harus mengalah. Ini jelas bertentangan dengan warisan permainan menyerang United yang seharusnya.
Formasi datar mungkin membantu, tetapi United masih harus menemukan keseimbangan antara kreativitas dan soliditas. Ini adalah teka-teki yang hanya bisa dipecahkan dengan eksperimen berulang.
Harapan di Lini Depan
Bagian paling sederhana dari teka-teki ini mungkin berada di lini depan. Rasmus Højlund hampir pasti akan menjadi andalan sebagai striker utama. Di sisi sayap, Garnacho, Rashford, dan Amad Diallo bisa bergantian mengisi peran tersebut. Namun, masalah utama tetap ada: produktivitas gol. Dengan hanya sembilan gol dalam sepuluh pertandingan liga, United harus menemukan cara untuk menjadi lebih klinis di depan gawang.
Dukungan Suporter dan Ekspektasi Tinggi
Suporter United, yang terkenal vokal, tentunya menginginkan perubahan drastis. Namun, sejarah menunjukkan bahwa bermain bertahan, meski efektif, jarang diterima dengan baik di Old Trafford. Bahkan Solskjær yang cukup dicintai, sempat menerima kritik karena gaya bermain yang terlalu pasif.
Untuk Amorim, ini adalah ujian sejati. Apakah ia mampu menggabungkan filosofi permainan menyerangnya dengan realitas skuad saat ini? Atau, apakah ia akan beradaptasi, mungkin mengorbankan sebagian prinsipnya demi hasil jangka pendek?
Kesimpulan
Kisah Amorim di United baru saja dimulai. Dengan warisan besar klub di pundaknya, ia harus membuktikan bahwa dirinya adalah pelatih kelas dunia yang mampu membawa United kembali ke puncak kejayaan. Akankah eksperimennya berhasil, atau Old Trafford akan menjadi tempat di mana ide-idenya gagal berkembang?
Sumber: