Masa Kelam Guardiola di Man City
Sejak kedatangannya pada 2016, Pep Guardiola telah menikmati dominasi tak terbantahkan di Premier League bersama Manchester City. Namun, kekalahan beruntun mereka di bulan November 2024 menyajikan tanda tanya besar. Kekalahan keempat berturut-turut dari Brighton adalah yang pertama sejak 2006, dan bagi Guardiola, ini adalah jalur kegagalan terburuk dalam karier manajerialnya. “Ada sesuatu yang tidak beres,” ujar Guardiola dengan wajah penuh kecemasan, terlihat jelas betapa ia frustrasi.
Apa Kata Statistik?
Statistik berbicara banyak soal masalah yang kini dihadapi City. Musim ini, mereka hanya mencetak 2 gol per pertandingan, sedikit berkurang dari rata-rata 2,53 musim lalu. Tapi anehnya, mereka malah memiliki lebih banyak tembakan, 19,6 per pertandingan, dibandingkan musim lalu. Terlepas dari itu, rasanya City kini kekurangan sentuhan akhir. “Tergantung banget sama Haaland,” kata seorang analis sepak bola, mencerminkan ketergantungan besar pada sang penyerang.
Di sisi pertahanan, masalah juga mulai terlihat. City kebobolan 1,17 gol per pertandingan, meningkat dari 0,92 musim lalu. Menariknya, mereka kalah dalam pertandingan yang mereka pimpin pada babak pertama, terakhir kali itu terjadi pada Mei 2021, di pertandingan melawan Brighton yang juga berlangsung di Amex Stadium.
Ada yang Mengincar Kelemahan City?
Masalah besar terlihat di sisi kanan pertahanan City, yang menjadi sasaran serangan Brighton sepanjang pertandingan. Dengan 44,9% serangan mereka mengarah ke kanan, dibandingkan hanya 26,9% ke kiri, terlihat jelas bahwa ada kelemahan di sektor ini. “Walker sudah mulai kelihatan uzur,” kata seorang komentator. “Kecepatan Mitoma dan Pedro bikin dia kesulitan.”
Memang, kehilangan Kyle Walker di beberapa pertandingan membuat situasi semakin buruk, dan ketika Rico Lewis mengisi peran tersebut, ia sering kali meninggalkan celah yang bisa dimanfaatkan oleh lawan. Hal ini semakin memperburuk masalah pertahanan City, apalagi jika ditambah absennya Rodri, yang menjadi penyeimbang di lini tengah.
Kehilangan Rodri: Sebuah Kehilangan Tak Terbantahkan
Kehilangan Rodri adalah pukulan telak bagi Guardiola. Pemain yang dianggap sebagai gelandang terbaik Eropa itu telah memberikan stabilitas luar biasa sejak kedatangannya, dengan hasil 39 kemenangan dari 53 pertandingan bersama City. Tanpa Rodri, statistik City sangat mencolok—dari 73,6% kemenangan dengan Rodri, mereka hanya meraih 58,3% kemenangan tanpa kehadirannya.
Micah Richards, mantan pemain City, menyatakan, “Ketika Anda kehilangan gelandang terbaik Eropa, beban berat pasti jatuh pada tim.” Jamie Redknapp menambahkan, “Tidak ada cara City akan kalah empat kali berturut-turut jika Rodri ada di lapangan.”
Guardiola dan Masa Depan yang Belum Pasti
Banyak yang bertanya-tanya soal masa depan Guardiola di City. Kontraknya habis pada Juni 2025, dan belum ada tanda-tanda perpanjangan. “Jika hasil buruk ini terus berlanjut, bisa jadi keputusan besar akan segera diambil,” ujar seorang pakar sepak bola. Begitu juga dengan Txiki Begiristain, direktur sepak bola yang akan hengkang akhir musim ini. Guardiola harus segera menemukan cara untuk mengembalikan tim ke jalur kemenangan jika ingin mempertahankan posisinya.
Masih Ada Harapan: Bisakah City Bangkit?
Meskipun kekalahan demi kekalahan datang, ada sedikit harapan bagi City. Sebelumnya, mereka pernah terjebak dalam posisi serupa pada musim 2022, ketika tertinggal delapan poin dari Arsenal sebelum akhirnya berhasil mengejar dan merebut gelar juara Premier League.
Liverpool kini memimpin, unggul lima poin dari City. Namun, sejarah menunjukkan, Guardiola dan City bisa bangkit dari posisi terburuk sekalipun. “Jangan terburu-buru menilai,” kata seorang analis. “Kita telah melihat ini sebelumnya, dan City seringkali bangkit dari ketertinggalan.”
Jangan lupa selalu kunjungi BolaBanter.com untuk berita terbaru tentang dunia sepak bola dan ikuti kami di Instagram @bolabanterdotcom!
Sumber: