Dari Hampir Menyerah hingga Menjadi Andalan Barcelona
Pada ulang tahunnya yang ke-18, Raphinha duduk sendirian di kamar kecilnya di Florianopolis, menatap layar ponselnya. Tak ada pesan. Tak ada panggilan. Tak ada tawaran. Cedera dan tersingkir dari tim U-20 Avaí, ia merasa berada di ujung jurang.
Sejak kecil, sepak bola adalah satu-satunya jalan keluar dari kerasnya kehidupan di Porto Alegre. Namun, pada titik itu, impian yang selama ini ia kejar terasa semakin jauh. Untuk pertama kalinya, meskipun bukan yang terakhir, ia bertanya-tanya apakah sepak bola benar-benar untuknya.

Tetapi, di saat semuanya terasa gelap, suara ibunya mengubah segalanya. Dengan tegas, sang ibu berkata, “Kalau kamu menyerah sekarang, kamu akan menyesalinya seumur hidup. Apa kamu siap menerima itu?”
Kata-kata itu menjadi titik balik. Raphinha bangkit. Sekarang, ia bukan hanya pemain Barcelona, tetapi juga kandidat Ballon d’Or yang tampil gemilang musim ini. Jika Barcelona berhasil menjuarai Liga Champions, itu akan menjadi kemenangan besar baginya, yang bahkan musim lalu hampir dijual demi mendatangkan Nico Williams.
Perjalanan dari Favelas Porto Alegre ke Camp Nou
Sejak kecil, Raphinha tahu bahwa sepak bola bukan sekadar impian, tetapi jalan keluar dari kemiskinan di Restinga, Porto Alegre. Ia melihat banyak temannya yang berbakat justru memilih jalan yang salah. Beruntung, ia memiliki ibu dan pamannya yang terus mendorongnya untuk bertahan.
Meskipun finansial keluarganya terbatas, mereka selalu mengusahakan segala cara agar Raphinha bisa terus berlatih. Bahkan, mereka rela mengorbankan kebutuhan lain demi membelikannya sepatu bola. Namun, klub-klub besar Brasil seperti Internacional dan Gremio justru menolaknya karena dianggap terlalu kurus.

Alih-alih patah semangat, penolakan itu malah membuatnya semakin gigih. Avaí memberinya kesempatan, meskipun kariernya di sana sempat terhenti akibat cedera. Lagi-lagi, ibunya menjadi sosok yang membangunkannya dari keterpurukan.
Setelah pulih, ia memutuskan untuk mengubah pola pikirnya. Sepak bola bukan hanya passion, tetapi juga satu-satunya cara mengubah hidupnya.
Dari Portugal ke Liga Inggris: Transformasi di Bawah Bielsa
Tidak seperti bintang Brasil lainnya yang bersinar di liga domestik lebih dulu, Raphinha harus membuktikan dirinya di Eropa dari bawah. Setelah tampil impresif di Vitória Guimarães dan Sporting CP, ia bergabung dengan Rennes sebelum akhirnya menarik perhatian Leeds United.

Di bawah Marcelo Bielsa, ia menjalani rezim latihan yang lebih mirip siksaan fisik ketimbang sepak bola. Namun, justru di sanalah ia mengasah stamina, kecerdasan taktik, dan mental baja yang membuatnya siap menghadapi panggung besar.
Barcelona kemudian datang dengan tawaran £50 juta, tetapi tantangan baru menantinya di sana.
Momen Sulit di Barcelona dan Peran Hansi Flick
Di Barcelona, awalnya Raphinha lebih sering jadi penghangat bangku cadangan. Xavi tidak melihatnya sebagai pemain inti, sementara Lamine Yamal menjadi pusat perhatian. Bahkan, musim panas lalu, Barcelona hampir menjualnya.
Namun, kedatangan Hansi Flick mengubah segalanya. Pelatih Jerman itu memberi Raphinha peran lebih besar dan kebebasan bermain dengan lebih percaya diri. Sekarang, ia tidak hanya lebih efisien di depan gawang, tetapi juga lebih cerdas dalam mengambil keputusan.

Hasilnya luar biasa. 24 gol dan 18 assist dalam 39 pertandingan, serta mencetak gol di setiap laga Liga Champions musim ini. Ia bahkan terpilih sebagai salah satu kapten tim, mengalahkan banyak nama besar di skuat Barcelona.
Saat ia mencetak gol penentu kemenangan dalam laga dramatis 5-4 melawan Benfica, seluruh bangku cadangan Barcelona berlari ke lapangan merayakan bersamanya. Momen itu bukan hanya perayaan gol, tetapi juga simbol dari status barunya sebagai pemimpin tim.
Raphinha tidak banyak bicara di ruang ganti, tetapi ia memimpin dengan aksi. Ia tahu betapa cepatnya sepak bola bisa berubah dan ia tidak akan membiarkan dirinya jatuh lagi.
Disiplin Ketat, Fokus Penuh, dan Ambisi Besar
Satu hal yang membedakan Raphinha dari banyak pemain berbakat lainnya adalah kedisiplinannya. Tidak tertarik dengan kehidupan malam, ia lebih memilih menghabiskan waktu bersama keluarga dan fokus pada latihan.
Baginya, sukses bukan hanya soal bakat, tetapi juga kerja keras tanpa henti. Sekarang, ia berada di puncak performanya, dan jika Barcelona terus melaju di Liga Champions, tak ada alasan untuk tidak memasukkannya dalam daftar pemain terbaik dunia.
Jangan lupa pantau terus update sepak bola setiap hari hanya di BolaBanter.com dan follow Instagram @bolabanterdotcom untuk berita terbaru seputar dunia sepak bola!
Tabel Statistik Musim Ini:
Kompetisi | Main | Gol | Assist |
---|---|---|---|
La Liga | 25 | 15 | 12 |
Liga Champions | 8 | 8 | 5 |
Copa del Rey | 6 | 1 | 1 |
Total | 39 | 24 | 18 |
Sumber: AS.com, El País, Wikipedia
Dari “Siapa Raphinha?” ke “Raphinha Kandidat Ballon d’Or”
Dari hampir menyerah hingga menjadi kandidat Ballon d’Or, perjalanan Raphinha adalah kisah tentang tekad, kerja keras, dan membuktikan bahwa orang yang gigih akan selalu menemukan jalannya.

Sekarang, pertanyaannya bukan lagi apakah ia cukup bagus untuk Barcelona. Tapi lebih ke, siapa yang bisa menghentikannya?
Sumber: