Enzo Maresca menilai konsistensi jadi masalah Chelsea pada fase penting musim ini, sebuah penilaian yang sekaligus menjelaskan mengapa Chelsea bukan kandidat juara Liga Inggris saat ini. Pernyataan tersebut muncul setelah periode penuh tekanan yang diwarnai hasil tidak stabil, sorotan publik, serta komentar kontroversial sang pelatih yang sempat menyita perhatian media. Namun demikian, Maresca menegaskan bahwa persoalan utama timnya bukan drama di luar lapangan, melainkan kemampuan menjaga level permainan dari pekan ke pekan.

Chelsea memang mampu menunjukkan wajah meyakinkan saat menghadapi lawan besar. Akan tetapi, performa serupa belum selalu hadir ketika menghadapi tim dengan karakter berbeda. Di titik inilah, menurut Maresca, jarak antara Chelsea dan tim penantang gelar masih terasa jelas.
Pernyataan “Worst 48 hours” dan Konteks Sebenarnya
Komentar Maresca soal “worst 48 hours” sejak bergabung dengan Chelsea sempat memicu spekulasi liar. Banyak pihak menilai pernyataan tersebut sebagai sinyal adanya masalah internal atau ketegangan dengan suporter. Namun, dalam penjelasan lanjutan kepada media, Maresca meluruskan makna ucapannya.

Ia menekankan bahwa tekanan adalah bagian dari dinamika sepak bola modern. Hubungan antara pemain, staf, dan lingkungan klub digambarkannya seperti sebuah keluarga yang tidak selalu berada dalam kondisi ideal. Penjelasan ini kemudian ditegaskan kembali dalam wawancara bersama Sky Sports yang juga dikutip oleh Goal.com, sehingga memperjelas bahwa tidak ada konflik struktural di tubuh klub.
Klarifikasi tersebut penting, karena fokus utama Maresca sejatinya adalah performa tim di lapangan. Oleh sebab itu, narasi Chelsea bukan kandidat juara di musim ini tidak lahir dari pesimisme, melainkan dari evaluasi realistis terhadap kondisi skuad saat ini.
Mengapa Chelsea Bukan Kandidat Juara Menurut Maresca
Dalam pandangan Maresca, menjadi penantang gelar menuntut konsistensi ekstrem. Bukan hanya menang besar di laga besar, melainkan juga mengamankan poin saat menghadapi lawan yang secara kualitas berada di bawah. Inilah aspek yang menurutnya masih perlu diperbaiki.

Ia menyebut bahwa timnya kerap tampil sangat baik melawan klub papan atas. Namun, ketika menghadapi tim dengan pendekatan bertahan atau permainan langsung, Chelsea belum selalu menemukan solusi yang sama efektifnya. Karena itu, Chelsea bukan kandidat juara pada fase ini, sebab jarak konsistensi tersebut masih nyata.

Pernyataan ini sejalan dengan fakta di lapangan. Chelsea mampu mencatatkan kemenangan impresif, tetapi juga kehilangan poin di laga-laga yang seharusnya bisa dikontrol. Bagi Maresca, hal tersebut adalah penanda bahwa proses pembangunan tim masih berjalan.
Area Konsistensi yang Masih Perlu Dibenahi
Berikut beberapa area kunci yang disorot Maresca terkait isu konsistensi:
1. Konsistensi performa melawan tim berbeda
- Chelsea kerap tampil dominan saat menghadapi tim besar.
- Namun, intensitas yang sama belum selalu muncul ketika melawan tim dengan blok rendah.
- Inilah alasan utama mengapa Chelsea bukan kandidat juara pada tahap musim ini.
2. Manajemen tekanan dalam periode padat
- Desember hingga Februari disebut Maresca sebagai fase krusial.
- Pada periode ini, jadwal padat menuntut stabilitas fisik dan mental.
- Tim yang ingin juara harus tetap konsisten meski rotasi dilakukan.

3. Kematangan dalam menentukan target
- Maresca menilai target realistis baru bisa dipasang pada bulan Maret.
- Sebelum itu, fokus utama adalah menjaga performa dan memperbaiki detail kecil.
- Pendekatan ini menunjukkan sikap pragmatis, bukan ambisi berlebihan.
Klarifikasi Soal Dukungan dan Hubungan dengan Fans
Selain soal performa, Maresca juga menyinggung hubungan dengan suporter. Dalam wawancara yang dikutip (Goal.com), ia menegaskan kecintaannya pada fans Chelsea. Ia menyadari bahwa kritik adalah bagian dari ekspektasi besar di klub sebesar Chelsea.
Berikut pernyataan Maresca:
“This is the reason why I praise the players because with so many problems they are doing very well after a complicated week. Since I joined the club the last 48 hours has been the worst 48 hours since I joined the club because many people didn’t support us.“

Kutipan tersebut kemudian diluruskan kembali oleh Maresca dalam kesempatan berbeda. Ia menegaskan bahwa tidak ada masalah dengan pihak mana pun di dalam klub. Dengan demikian, fokus pembahasan seharusnya kembali ke sepak bola, bukan pada polemik berkepanjangan.
Konsistensi sebagai Pembeda Tim Juara
Dalam sepak bola modern, perbedaan antara tim papan atas dan juara sering kali terletak pada detail kecil. Maresca memahami hal ini. Ia menekankan bahwa jika sebuah tim ingin bersaing hingga akhir musim, konsistensi adalah syarat mutlak.

Chelsea, menurutnya, masih berada dalam fase pembelajaran. Oleh karena itu, narasi Chelsea bukan kandidat juara bukanlah vonis akhir, melainkan gambaran kondisi saat ini. Dengan perbaikan bertahap, peluang untuk naik level tetap terbuka di masa depan.
Realisme Maresca dan Arah Chelsea ke Depan
Pendekatan Maresca menunjukkan keseimbangan antara ambisi dan realisme. Ia tidak menutup mata terhadap kekurangan timnya, namun juga tidak meremehkan potensi yang ada. Keputusan klub untuk tidak mengejar Antoine Semenyo pada bursa transfer Januari, juga mencerminkan kepercayaan pada skuad yang ada.

Pada akhirnya, penilaian bahwa Chelsea bukan kandidat juara justru memperlihatkan kedewasaan dalam membaca situasi. Alih-alih menjual mimpi instan, Maresca memilih membangun fondasi yang lebih stabil. Jika konsistensi berhasil diperbaiki, maka narasi ini bisa saja berubah. Untuk saat ini, Chelsea mungkin belum siap mengangkat trofi, tetapi setidaknya mereka tahu dengan jelas apa yang harus dibenahi. Dan dalam sepak bola, kesadaran sering kali menjadi langkah awal menuju lompatan besar.