Kabar tentang gugurnya sejumlah bintang besar dari ajang Piala Dunia 2026 menjadi salah satu ironi terbesar jelang turnamen akbar tersebut. Banyak pemain elite yang selama ini menjadi wajah sepak bola dunia justru tidak akan tampil pada kompetisi yang berlangsung di Amerika Serikat, Kanada dan Meksiko. Fenomena ini menciptakan gelombang diskusi luas karena beberapa nama yang gagal lolos sejatinya menjadi tumpuan utama bagi tim nasional masing masing pada sepanjang proses kualifikasi. Dalam konteks itulah kegagalan menuju Piala Dunia 2026 menjadi gambaran keras betapa ketatnya kompetisi dan betapa tidak adanya jaminan bagi pemain besar untuk selalu tampil di panggung tertinggi.
Proses kualifikasi yang panjang telah menyingkirkan sejumlah profil top dengan cerita berbeda beda. Ada yang gugur karena ketidakstabilan tim ada yang terhenti akibat cedera ada pula yang justru kalah bersaing dengan negara negara yang lebih solid secara kolektif.
Deretan Pemain Elit yang Terhenti Menuju Piala Dunia 2026
1. Khvicha Kvaratskhelia dan Luka Georgia di Kualifikasi
Georgia sejatinya datang ke kualifikasi dengan optimisme setelah membuat kejutan di Euro 2024. Kvaratskhelia menjadi motor utama pada keberhasilan mereka mencapai babak 16 besar dan performanya memberi harapan bahwa Piala Dunia 2026 bisa diraih. Namun harapan itu runtuh setelah Georgia hanya finis di posisi ketiga di bawah Spanyol dan Turki. Kekalahan telak empat satu dari Turki menjadi titik paling pahit seperti yang dijelaskan GOAL.

Kvaratskhelia mencetak dua gol selama kualifikasi termasuk kemenangan tiga nol atas Bulgaria tetapi kontribusinya tidak mampu menutupi kesenjangan kualitas skuad Georgia. Transisi permainan sering terputus dan kreativitas hanya datang dari dirinya seorang. Performa tersebut memperlihatkan betapa beratnya menjaga konsistensi ketika hanya satu pemain berada pada level elite.
2. Pierre Emerick Aubameyang dan Mimpi yang Tidak Pernah Datang
Meski berusia 36 tahun Aubameyang masih menjadi salah satu penyerang paling berbahaya di Afrika. Ia mencetak tujuh gol pada fase kualifikasi termasuk empat gol dalam kemenangan empat tiga atas Gambia. Namun perjalanan Gabon terhenti setelah tumbang di semifinal play off melawan Nigeria.

Aubameyang yang kini kembali berseragam Marseille gagal mengantar Gabon ke Piala Dunia pertama mereka. Pertandingan melawan Nigeria berjalan dramatis ketika Gabon memaksakan extra time melalui gol Mario Lemina. Namun pada akhirnya Nigeria dengan kekuatan lini serang yang lebih segar menang empat satu dan Aubameyang harus kembali menerima kenyataan bahwa kariernya hampir dipastikan berakhir tanpa penampilan di Piala Dunia 2026 dan edisi manapun sebelumnya.
3. Bryan Mbeumo dan Kekacauan yang Menyelimuti Kamerun
Mbeumo mengambil keputusan besar dengan membela Kamerun pada 2022 setelah sebelumnya membela Prancis U21. Namun perjalanan bersama Kamerun tidak sesuai ekspektasi. Kekalahan dari Cape Verde dalam perebutan tiket otomatis membuat mereka harus melalui play off melawan DR Kongo. Dalam pertandingan penentu tersebut Mbeumo tampil penuh tetapi justru gagal mencetak gol meski memiliki peluang yang sangat jelas.

Pertandingan berakhir 1-0 untuk DR Kongo dan gol terjadi pada menit akhir. Luka emosional Mbeumo makin besar ketika ia terekam kamera berjalan cepat menuju lorong stadion tanpa berbicara kepada siapapun. Kekalahan ini memperpanjang masalah internal federasi Kamerun yang selama beberapa tahun terakhir mengalami banyak pergantian pelatih dan konflik yang menghambat perkembangan tim padahal mereka pernah menjadi raksasa Afrika dengan delapan penampilan pada putaran final Piala Dunia.
Tren Gugurnya Kandidat Bintang Besar di Eropa
4. Dusan Vlahovic yang Terjebak dalam Kemandekan Serbia
Serbia gagal lolos ke Piala Dunia untuk pertama kalinya sejak 2014. Kegagalan ini menjadi pukulan berat bagi skuad yang di atas kertas memiliki banyak pemain kelas atas. Penampilan Vlahovic juga jauh dari ideal karena hanya mencetak dua gol selama kualifikasi. Pada dua laga penting melawan Inggris dan Albania ia tidak mampu memberikan ancaman berarti.

Kekalahan dua nol dari Inggris di Wembley menjadi pengunci eliminasi Serbia. Pelatih Dragan Stojkovic pun mengundurkan diri setelah performa buruk yang sulit dibela. Perdebatan mengenai masa depan Vlahovic di Juventus ikut memengaruhi konsistensinya di tim nasional. Ia kini berada dalam titik terendah dan upaya kebangkitan menuju siklus berikutnya akan menjadi tantangan besar.
5. Dominik Szoboszlai dan Air Mata di Budapest
Hungaria hampir lolos ke Piala Dunia 2026 tetapi semuanya hancur dalam hitungan detik. Ketika mereka unggul dan siap menyegel posisi runner up Troy Parrott mencetak gol penentu di menit akhir dan membungkam stadion Budapest. Adegan paling emosional pun terjadi ketika kapten Hungaria, Dominik Szoboszlai menangis di lapangan.

Dalam enam pertandingan Szoboszlai menyumbang lima kontribusi gol termasuk penyama kedudukan pada menit akhir melawan Portugal. Namun Hungaria lengah pada momen krusial dan hal itu menjadi harga mahal. Kini penantian mereka untuk kembali ke Piala Dunia akan melebar menjadi empat dekade lebih.
6. Victor Osimhen
Nigeria memiliki generasi emas tetapi tetap gagal mengamankan tiket menuju Piala Dunia 2026. DR Kongo menjadi batu sandungan ketika mereka kalah lewat adu penalti empat tiga. Osimhen yang mencetak delapan gol pada kualifikasi tidak berada dalam kondisi terbaik pada laga tersebut karena cedera yang memaksanya keluar pada babak pertama. Absennya Osimhen membuat Nigeria kehilangan daya gempur dan permainan menyerang mereka melemah drastis.

Bintang Amerika Latin dan Eropa Timur yang Turut Gugur
7. Alexis Sanchez dan Berakhirnya Era
Chile berada pada masa transisi dan hal ini membuat Sanchez tidak mampu menarik tim menuju performa stabil. Cedera panjang menghambatnya sejak awal kualifikasi dan tekanan muncul setelah ia tidak dipanggil lagi oleh pelatih baru. Chile finis paling bawah pada klasemen CONMEBOL hal yang sangat kontras dengan era emas mereka satu dekade lalu.

8. Benjamin Sesko yang Kehilangan Sentuhan Final
Sesko yang tampil penuh pada empat laga awal tidak mencetak satu pun gol atau assist. Slovenia kemudian kalah dari Kosovo dua nol dan peluang menuju Piala Dunia 2026 pun musnah. Pada saat yang sama cedera lutut membuatnya tidak bisa membantu rekan rekan dalam laga terakhir. GOAL menyebut bahwa beban performa Slovenia terlalu besar berada pada pundak Sesko.

9. Keylor Navas dan Senja Karier yang Pahit
Navas kembali dari masa pensiun internasional demi misi tampil di Piala Dunia 2026. Namun Costa Rica hanya menang satu kali dari enam pertandingan. Mereka kalah produktivitas gol dan finis ketiga di bawah Haiti dan Honduras. Performa Navas masih solid tetapi lini depan tidak mampu memanfaatkan peluang. Dengan demikian era emas Los Ticos semakin jauh dari ingatan.

10. Serhou Guirassy yang Kehilangan Berkah Klub
Guirassy bersinar dengan Dortmund dan mencetak puluhan gol di level klub tetapi performanya seketika turun ketika membela Guinea. Hanya satu gol tercipta pada kualifikasi dan Guinea pun finis keempat.

Mengapa Banyak Bintang Gugur pada Siklus Kualifikasi Ini
Fenomena kegagalan menuju Piala Dunia 2026 tidak berdiri sendiri. Ada pola besar yang dapat diamati dari berbagai kisah tersebut. Beberapa tim terlalu bergantung pada satu pemain. Ketika bintang utama tidak tampil maksimal permainan kolektif runtuh. Hal ini tampak jelas pada Georgia, Nigeria, Guinea dan Slovenia. Selain itu sejumlah negara memiliki masalah struktural seperti manajemen federasi yang tidak stabil atau pergantian pelatih yang terlalu sering. Kamerun dan Chile adalah contoh paling nyata untuk kondisi tersebut.

Selain itu kualifikasi Piala Dunia 2026 juga berlangsung pada masa kalender pertandingan yang padat. Banyak pemain mengalami cedera dan kelelahan. Osimhen, Sesko, Sanchez dan beberapa nama lain menghadapi masalah fisik yang membuat performa mereka menurun. Keseluruhan faktor menunjukkan bahwa skuad solid dengan kedalaman pemain memadai memiliki peluang lebih besar dibandingkan negara yang hanya bertumpu pada satu figur penting.
Refleksi atas Gugurnya Bintang Besar
Kegagalan para pemain elite menuju Piala Dunia 2026 memberikan gambaran bahwa panggung sepak bola terbesar dunia tidak hanya diukur dari reputasi individu melainkan juga ketahanan mental dan stabilitas kolektif sebuah tim. Pada sisi lain absennya nama nama besar ini akan menciptakan ruang bagi generasi baru untuk tampil tanpa bayang bayang legenda yang mendominasi panggung internasional selama bertahun tahun.
Layaknya banter yang kerap mewarnai komunitas sepak bola mungkin ada yang berkata bahwa Piala Dunia 2026 akan terasa seperti pesta besar dengan beberapa tamu VIP yang lupa diundang. Namun seperti halnya kejutan kejutan sepak bola lainnya justru inilah yang membuat turnamen tersebut semakin menarik untuk dinikmati.