Kemenangan 3-0 atas Nottingham Forest seharusnya menjadi malam sempurna bagi Chelsea, namun satu insiden kembali menodai hasil positif itu. Di menit ke-87, Malo Gusto menerima kartu kuning kedua yang otomatis berubah menjadi merah. Momen itu menambah panjang daftar kartu merah Chelsea musim ini, menandai empat pertandingan beruntun di semua kompetisi yang diakhiri dengan pemain mereka diusir keluar lapangan.

Situasi ini memperlihatkan masalah yang lebih dalam dari sekadar pelanggaran individu. Dari sisi statistik hingga aspek mentalitas, data menunjukkan bahwa tim asuhan Enzo Maresca tengah menghadapi krisis disiplin paling serius dalam beberapa musim terakhir, seperti dijelaskan dalam laporan BBC Sport.
Rentetan Kartu Merah yang Menodai Catatan Chelsea
Termasuk kartu merah Maresca sendiri saat menghadapi Liverpool dua pekan lalu, Chelsea kini telah mengoleksi lima kartu merah hanya dalam enam pertandingan terakhir di seluruh kompetisi. Meski tidak selalu berpengaruh pada hasil akhir, tren tersebut menunjukkan pola yang mengkhawatirkan.

Gusto bergabung dengan daftar panjang pelanggar setelah Robert Sanchez, Trevoh Chalobah, dan Joao Pedro juga diganjar kartu merah dalam periode singkat. Kartu merah terakhir itu tidak mengubah hasil, tetapi mengingatkan publik bahwa kartu merah Chelsea bukan lagi sekadar insiden kebetulan.
Maresca tampak tetap tenang. Seusai laga, ia mengatakan,
“Again, it’s something that we can do better, but I’m not concerned. Some of you might say, why is he not concerned? I’m not concerned, because I like to analyse.”
Pelatih asal Italia itu menegaskan bahwa walau Gusto seharusnya bisa menghindari pelanggaran, semangat bertahan dan keinginan menjaga clean sheet juga perlu dihargai, sebagaimana dikutip oleh Goal.
Daftar Kartu Merah Chelsea Musim Ini
Berikut daftar lengkap kartu merah Chelsea di semua kompetisi musim ini, berdasarkan data dari BBC Sport dan Goal.
1. Robert Sanchez – vs Manchester United
Diusir karena pelanggaran sebagai pemain terakhir dalam situasi satu lawan satu, yang berujung kekalahan Chelsea.

2. Trevoh Chalobah – vs Brighton
Melakukan tekel terlambat pada Diego Gomez yang memicu kekalahan di kandang sendiri.
3. Joao Pedro – vs Benfica
Mendapat kartu kuning kedua akibat pelanggaran tinggi yang dianggap berbahaya.
4. Enzo Maresca – vs Liverpool
Pelatih Chelsea diusir setelah selebrasi berlebihan atas gol penentu kemenangan dari Estevao Willian.

5. Malo Gusto – vs Nottingham Forest
Menerima kartu kuning kedua setelah menjegal Neco Williams di menit ke-87 meski timnya unggul 3-0.
Fakta-Fakta yang Menguatkan Krisis Disiplin Chelsea
Ketika menganalisis pola dari seluruh pelanggaran tersebut, tampak jelas bahwa masalah disiplin Chelsea tidak datang secara tiba-tiba.
Berikut beberapa poin penting yang menunjukkan mengapa kartu merah Chelsea menjadi sorotan besar musim ini.
1. Statistik yang Mengejutkan
Chelsea kini berada di dasar tabel Fair Play Premier League dengan total 29 poin pelanggaran (1 untuk kartu kuning dan 5 untuk kartu merah). Hanya satu laga, yakni saat melawan Liverpool awal bulan ini, di mana Chelsea tidak menerima kartu kuning sama sekali. Dalam pertandingan melawan Manchester United, mereka mencatatkan 5 kartu kuning dan 1 kartu merah, yang berujung pada denda £25.000 dari FA.

2. Pola Pelanggaran yang Berulang
Dalam tiga musim terakhir, tim ini mencatat 301 kartu kuning, tertinggi di Premier League dalam periode yang sama.
Dari total tersebut:
- 89 kartu disebabkan oleh tactical fouls
- 89 kartu karena reckless offenses
- 67 kartu untuk dissent atau argumentasi
- 38 kartu akibat time-wasting
- serta 7 kartu karena diving
Angka tersebut menunjukkan bahwa masalah Chelsea tidak hanya soal kerasnya permainan, tapi juga emosi yang mudah meledak di lapangan.

3. Dampak Historis yang Konsisten
Sejak 2022, catatan disiplin Chelsea selalu di bawah rata-rata liga. Musim 2022–23 mereka menutup kompetisi dengan 86 poin Fair Play, lalu naik menjadi 117 poin pada 2023–24, mencatatkan rekor 105 kartu kuning di Premier League. Di bawah Maresca, mereka melanjutkan tren negatif dengan 106 poin Fair Play yang menempatkan klub di posisi kedua terbawah musim ini.
Masalah Disiplin yang Bukan Sekadar Taktikal
Maresca kerap menjelaskan bahwa tidak semua pelanggaran memiliki akar yang sama. Ia menilai setiap kasus harus dilihat secara kontekstual.
“You must analyse case by case. When it’s a red card for bad intention or for bad discipline, it is different compared to the Manchester United red card or Brighton red card,”
ujarnya kepada media.

Pelatih asal Italia itu menilai beberapa pelanggaran seperti milik Sanchez dan Chalobah merupakan hasil keputusan cepat dalam situasi genting. Namun, pola pelanggaran karena emosi dan kurangnya kontrol diri tampak lebih dominan.
Mengapa Kartu Merah Chelsea Terus Terjadi
Untuk memahami akar masalah, beberapa faktor penting dapat dijabarkan sebagai penyebab utama krisis disiplin Chelsea saat ini.
1. Rata-rata Usia Termuda di Liga
Rata-rata usia skuat Chelsea hanya sekitar 24 tahun, dan laga melawan Nottingham Forest bahkan menampilkan starting XI termuda di Premier League musim ini. Usia muda berarti potensi besar, namun juga risiko emosi yang belum stabil. Pemain muda cenderung mudah bereaksi terhadap tekanan dan keputusan wasit, yang sering kali berujung pada kartu merah.
2. Tekanan dari Filosofi Maresca
Maresca ingin timnya mengontrol permainan melalui penguasaan bola dan pressing cerdas. Namun, gaya ini menuntut ketepatan posisi yang tinggi. Ketika pemain muda terlambat bereaksi, pelanggaran tak terhindarkan. Banyak kartu datang dari tactical fouls saat Chelsea berusaha menghentikan serangan balik lawan.

3. Ketidakseimbangan Emosi dan Fokus
Chelsea mencatat 113 kartu kuning dalam 15 menit terakhir pertandingan sejak 2022. Fakta ini menunjukkan bahwa fokus mereka mudah goyah menjelang akhir laga, saat stamina menurun dan tekanan meningkat. Maresca sendiri mengakui bahwa timnya masih sering tampil “sloppy” dalam menjaga konsentrasi.
“My message was guys, off the ball we are good off the ball and on the ball, we are not good enough. We gave the ball away too much. It was a bit lazy. A lazy mistake that we can avoid that.”
Tiga Aspek yang Harus Dibenahi Chelsea
Untuk keluar dari siklus buruk ini, ada beberapa langkah konkret yang bisa dilakukan tim pelatih dan pemain. Berikut tiga fokus utama yang wajib diperhatikan agar kartu merah tidak lagi menjadi kebiasaan.
1. Pengendalian Emosi dan Dissent
Pelanggaran karena protes dan argumentasi mendominasi daftar hukuman Chelsea. Langkah perbaikan:
- Memberikan pelatihan komunikasi di lapangan agar pemain tidak terjebak dalam debat dengan wasit
- Meningkatkan kesadaran disiplin melalui leadership session internal
- Memberi contoh positif dari kapten seperti Reece James untuk meredam reaksi rekan setimnya
2. Keputusan dalam Situasi Tekanan
Maresca perlu melatih pemain dalam skenario tekanan tinggi agar mereka bisa mengambil keputusan yang cepat tanpa melanggar. Langkah perbaikan:
- Simulasi game dengan tekanan waktu singkat
- Analisis video untuk membedakan pelanggaran taktis dan pelanggaran emosional
- Menetapkan standar evaluasi setiap pemain usai laga terkait perilaku di lapangan

3. Kedewasaan Kolektif dan Mentalitas Menang
Dengan rata-rata usia muda, kedewasaan menjadi tantangan tersendiri. Langkah perbaikan:
- Menambah pemain senior sebagai pengarah dalam tim
- Memanfaatkan sesi mentoring antar pemain agar kesalahan tak berulang
- Menjadikan disiplin bagian dari filosofi klub, bukan sekadar peraturan
Performa di Tengah Sorotan Disiplin
Menariknya, di balik catatan disiplin buruk itu, performa Chelsea tidak sepenuhnya menurun. Kemenangan meyakinkan atas Forest memperlihatkan sisi positif dari permainan menyerang mereka. Gol dari Josh Acheampong, Pedro Neto, dan Reece James menegaskan bahwa potensi tim ini masih besar.

Namun, di sisi lain, dominasi Forest pada babak pertama dan statistik kesalahan di area sendiri memperlihatkan sisi rapuh. Menurut data Opta, Chelsea mencatat tiga kesalahan yang berujung pada tembakan ke gawang sendiri dalam 45 menit pertama, tertinggi sepanjang musim.
Tanpa Moises Caicedo di lini tengah, struktur permainan mereka terlihat tidak seimbang. Maresca bahkan mengakui bahwa timnya tampil di bawah standar di babak pertama.
Momentum untuk Dewasa di Tengah Tekanan
Krisis disiplin ini bisa menjadi cermin sekaligus peluang. Bagi Chelsea, ini adalah ujian kedewasaan yang akan menentukan arah klub di bawah Maresca. Jika mereka mampu mengubah energi muda yang meluap menjadi ketenangan dan kendali, maka potensi tim ini akan berkembang lebih matang.
Kartu merah Chelsea bukan sekadar statistik merah di papan catatan, tetapi alarm bagi seluruh elemen klub untuk berbenah dari dalam. Mentalitas, komunikasi, dan fokus akan menjadi kunci untuk memastikan bahwa setiap kemenangan ke depan tidak lagi ternoda oleh kartu warna yang sama.
Kalau dipikir-pikir, kartu merah Chelsea musim ini sudah seperti langganan mingguan, datang rutin tanpa diundang. Entah karena ambisi muda yang meledak atau sekadar refleks dari tekanan permainan, yang jelas tiap laga The Blues makin terasa seperti ujian kesabaran bagi fans dan pelatih. Mungkin, kalau ada penghargaan “tim paling emosional Premier League”, Chelsea bisa langsung angkat piala bahkan sebelum akhir musim.