Krisis Gabriel Martinelli Memuncak Usai Eze dan Madueke Datang

Arsenal sedang menghadapi dilema besar di sektor sayap kiri. Krisis Gabriel Martinelli kini menjadi sorotan utama setelah kedatangan Eberechi Eze dan Noni Madueke. Sang winger asal Brasil yang dulu dianggap sebagai salah satu wonderkid paling berbahaya di Premier League, kini justru berada di persimpangan jalan kariernya di Emirates Stadium. Artikel ini membedah bagaimana persaingan internal, perubahan taktik Mikel Arteta, serta hadirnya wajah baru membuat masa depan Martinelli semakin penuh tanda tanya. (Goal)

Jejak Awal Martinelli di Emirates

Enam tahun lalu, publik Emirates terpukau oleh aksi menawan Gabriel Martinelli melawan Nottingham Forest. Aksi backheel pirouette brilian yang berujung pada gol Eddie Nketiah seolah menandai lahirnya bintang baru Arsenal. Namun sejak itu, konsistensi menjadi masalah utama. Sang pemain memang masih sesekali menghadirkan momen magis, tetapi jarang terjadi secara reguler.

Krisis Gabriel Martinelli_Bola Banter_

Krisis Gabriel Martinelli semakin mencuat ketika performanya stagnan di tengah tuntutan besar dari Mikel Arteta yang menginginkan setiap pemain mampu berkontribusi nyata dalam perburuan gelar.

Kepercayaan Arteta yang Mulai Terkikis

Mikel Arteta sebenarnya masih memberikan dukungan penuh. Ia pernah menegaskan:

“I think Gabi has been a super-important player for us and he’s going to remain very, very, very important. He’s needed, especially in the front line, to start the game and to finish the game. So, I’m very happy with what we have.”

Gabriel Martinelli & Mikel Arteta-Bola Banter

Namun, kepercayaan tersebut kini mulai goyah. Martinelli sempat diturunkan melawan Manchester United tetapi tampil tanpa pengaruh berarti. Saat diberi kesempatan lagi kontra Liverpool, performanya bahkan semakin mengecewakan. Krisis Gabriel Martinelli terlihat jelas ketika ia gagal menuntaskan dribel, salah mengambil keputusan, hingga membuang peluang serangan balik.

Persaingan Sayap yang Makin Ketat

Kedatangan pemain baru menambah tekanan besar bagi Martinelli. Kini Arsenal memiliki lebih banyak opsi untuk sektor sayap. Beberapa faktor yang memperparah situasi adalah:

  1. Eberechi Eze
    Pemain asal Crystal Palace yang direkrut dengan nilai 60 juta pound langsung memberikan warna berbeda. Eze mampu masuk dari bangku cadangan dan membuat dampak nyata lewat kreativitas serta kelincahannya.
  2. Noni Madueke
    Mantan bintang Chelsea ini menunjukkan kualitasnya dengan kecepatan dan fleksibilitas dua kaki. Dalam laga kontra Liverpool, Madueke jauh lebih efektif dibanding Martinelli.
  3. Leandro Trossard
    Perpanjangan kontraknya menandakan Arsenal tetap mempercayai penggawa Belgia itu, sehingga Martinelli semakin terdesak.
Eberechi Eze & Noni Madueke-Bola Banter

Krisis Gabriel Martinelli makin nyata karena persaingan internal ini bukan hanya soal bakat, melainkan konsistensi dan efektivitas.

Faktor Taktik yang Mengubah Peran

Martinelli pernah menikmati musim terbaiknya pada 2022-23 ketika ia mencetak 20 kontribusi gol di Premier League. Kala itu, Arteta masih menerapkan permainan lebih ekspansif dengan memanfaatkan kecepatan Martinelli di ruang terbuka. Namun, perubahan taktik Arsenal menuju gaya lebih kompak membuat sayap kiri tak lagi jadi titik utama serangan.

Krisis Gabriel Martinelli_Bola Banter

Selain itu, hengkangnya Granit Xhaka dan menurunnya performa Oleksandr Zinchenko turut menghilangkan chemistry yang dulu memperkuat Martinelli di sisi kiri. Akibatnya, ia kini lebih sering menjadi bagian dari pola ketimbang penentu momen.

Gyokeres Bisa Jadi Solusi

Meski situasi terlihat suram, peluang kebangkitan masih terbuka. Viktor Gyokeres yang baru didatangkan bisa menjadi pasangan ideal untuk Martinelli. Striker asal Swedia ini sering bergerak melebar ke kiri, mirip peran Gabriel Jesus ketika mereka berdua tampil bersama. Hal tersebut berpotensi mengembalikan ruang gerak bagi Martinelli.

Viktor Gyokeres Arsenal-Bola Banter

Selain itu, Piero Hincapie yang mampu berperan sebagai full-back agresif bisa membantu membuka ruang tambahan di sisi kiri. Arteta juga masih memiliki opsi untuk menempatkan Martinelli sebagai gelandang serang ketika Kai Havertz absen karena cedera.

Sorotan di Level Internasional

Di luar klub, Martinelli masih mendapat kepercayaan dari Carlo Ancelotti di timnas Brasil. Ia bahkan menjadi starter dalam kemenangan 3-0 atas Chile. Dalam wawancara usai laga, Martinelli mengatakan:

“I feel I’m better than when I was first called up (for a Brazil Olympic team camp) in 2020 and when I was at the 2022 World Cup.”

Gabriel Martinelli Timnas Brasil_Bola Banter

Pernyataan itu menunjukkan optimisme, meski statistik di Arsenal belum mendukung klaimnya. Musim lalu ia hanya mengoleksi 10 gol dan 6 assist dari 51 pertandingan, jauh dari standar winger kelas dunia.

Apa yang Harus Dilakukan Martinelli

Dalam menghadapi krisis ini, ada beberapa langkah yang bisa ditempuh Martinelli:

  • Meningkatkan Keputusan Akhir
    Banyak peluang terbuang karena Martinelli terlalu egois atau lambat mengambil keputusan.
  • Memaksimalkan Kekuatan Fisik
    Ia masih punya kecepatan, tetapi perlu mengombinasikannya dengan variasi gerakan agar tak mudah ditebak lawan.
  • Menemukan Chemistry Baru
    Dengan Gyokeres dan pemain baru lain, Martinelli perlu adaptasi cepat untuk kembali produktif.
  • Menjaga Mentalitas
    Krisis Gabriel Martinelli bukan hanya soal teknis, tetapi juga soal rasa percaya diri yang harus segera dipulihkan.
Krisis Gabriel Martinelli_Bola Banter

Analisa Terbaru

Krisis Gabriel Martinelli memuncak di tengah era baru Arsenal yang sarat ambisi. Eze dan Madueke kini menjadi pesaing serius yang siap merebut posisi sayap kiri. Jika Martinelli gagal segera bangkit, bukan tidak mungkin ia hanya akan menjadi pelapis di skuad Arteta. Namun, dengan dukungan penuh dari manajer dan kesempatan membangun koneksi bersama Gyokeres, masih ada peluang untuk membalikkan keadaan. Musim ini bisa menjadi titik balik penting, entah menuju kebangkitan atau justru akhir dari kisah panjangnya di Emirates.