Di lobi AXA Training Centre, suasana tiba-tiba berubah. Layar-layar raksasa yang biasanya menayangkan analisis taktik atau highlight pertandingan, kini menampilkan kabar yang sudah lama dinanti para Kopites: Mohamed Salah bertahan. Setelah bulan-bulan penuh kecemasan, sang raja Mesir akhirnya menandatangani perpanjangan kontrak dua tahun. Sorak kegembiraan tidak hanya terasa di antara fans di balik layar, atmosfer seluruh kompleks Kirkby pun terasa lebih ringan.
“Mo tanda tangan, ya?” celetuk Virgil van Dijk sambil lalu, seolah menyembunyikan senyum puas. Sang kapten tahu betul betapa panjangnya kisah tarik-ulur kontrak. Tak banyak bicara, tapi diam-diam ia pun telah menorehkan tanda tangan pada kesepakatan barunya, dua tahun tambahan untuk membela panji merah yang telah ia pimpin dengan kebanggaan.

Kini, dengan dua legenda resmi bertahan hingga 2027, Liverpool tampak bersiap menatap masa depan dengan optimisme. Tapi satu bayang-bayang gelap masih tersisa, Trent Alexander-Arnold. Diamnya terlalu sunyi. Dan Real Madrid, dengan kepercayaan dirinya yang khas, terus membisikkan godaan ke telinga sang putra daerah.
Drama di Balik Layar: Ketika Rencana Jangka Panjang Retak
Biasanya, Liverpool tidak akan membiarkan kontrak pemain penting mendekati masa habisnya. Tapi 2023 bukan tahun biasa. Kepergian Michael Edwards dan Julian Ward, dua arsitek transfer paling jenius klub, membuat segala hal terasa gamang. Ditambah pengumuman Jurgen Klopp yang akan hengkang musim panas ini, sebuah bom waktu yang mengguncang semua rencana strategis.
Richard Hughes pun datang sebagai penyelamat dadakan. Fokus awalnya? Cari pelatih baru. Untungnya, Arne Slot hadir dengan gaya tenang dan hasil gemilang. Tapi kontrak? Itu tetap jadi PR besar.

Salah bahkan sempat melontarkan unek-unek ke media setelah mencetak dua gol lawan Southampton, berkata lirih namun tajam: “Sudah Desember, tapi belum ada tawaran datang.” Kata-kata yang jarang ia ucapkan, tanda bahwa kesabarannya hampir habis. Untungnya, di balik layar, negosiasi dengan agen Ramy Abbas berjalan produktif.
Sementara itu, Van Dijk memilih diam. Tapi bukan berarti tanpa arah. Sejak awal, ia dan perwakilannya dari ROOF Agency sepakat, lanjut di Anfield, atau tidak sama sekali.
Dari Mesin Cuci dan Bangku Cadangan ke Singgasana Legenda
Baik Salah maupun Van Dijk tidak lahir sebagai bintang. Salah pernah menginjak rumput Anfield… sebagai pemain Chelsea. Hari itu, Liverpool kalah dari tim tamu dan gagal meraih titel 2013-14. Ironis.
Van Dijk? Pernah mencuci piring di restoran Oncle Jean, Breda, sambil berharap ada klub yang mau memberinya kontrak. Ditolak klub masa kecilnya, ia lalu memulai perjalanan dari FC Groningen, dengan banyak ragu-ragu di awal.

Namun waktu membuktikan segalanya. Salah mencetak 44 gol di musim debutnya. Van Dijk menjelma jadi tembok yang tak tergoyahkan, bahkan setelah transfer £75 juta yang sempat dicibir fans lawan.
Kini, mereka berdua berdiri tegak sebagai pilar sukses Liverpool. Di musim ini saja, keduanya tampil di semua laga Premier League, membawa tim unggul 13 poin dan mendekati gelar liga ke-20.
Alexander-Arnold: Masih Dalam Diam
Dua kontrak berhasil diamankan. Tapi satu, masih menjadi teka-teki. Real Madrid sudah bergerak sejak Januari. Liverpool masih bungkam. Trent, sang kreator dari kanan, bisa saja pergi secara gratis, sebuah ironi untuk pemain yang tumbuh besar di akademi klub.

Namun di balik kecemasan itu, muncul secercah harapan bernama Conor Bradley. Muda, berani, dan telah menunjukkan bahwa darah Scouse mengalir deras dalam tekelnya.
Dua Tangan yang Bertahan, Satu Masih Menggantung
Dengan mengikat Salah dan Van Dijk, Liverpool telah melakukan dua manuver terpenting mereka musim ini. Ini bukan hanya soal mempertahankan pemain. Ini adalah pernyataan bahwa Anfield tidak sedang dalam masa peralihan, mereka sedang membangun babak baru.
Apakah Alexander-Arnold akan bergabung dengan legenda atau menjadi kisah kehilangan terbesar klub dekade ini? Jawabannya masih tertulis samar di lembar kosong kontraknya.

Satu hal yang pasti, musim panas akan jadi big summer, seperti kata Van Dijk. Tapi kalau Trent benar-benar pergi ke Madrid, jangan kaget kalau fans Liverpool mulai bikin mural di kota, bukan untuk mengingatkan manajemen… tapi buat ngingetin Trent kalau “rumah” itu bukan sekadar tempat kita dibayar, tapi tempat kita dipercaya jadi pahlawan.
Kalau kamu suka artikel seperti ini, jangan lupa mampir ke BolaBanter.com buat baca berita bola dengan gaya yang beda, dan follow Instagram kita di @bolabanterdotcom buat banteran lucu, update transfer, sampai meme yang kadang bikin ngakak… kadang bikin mikir.
Sumber: