Dulu, tiap kali Manchester City main, lawan udah gemeteran duluan. Sekarang? Yah… mereka tetap bagus sih, tapi auranya udah kayak sinyal Wi-Fi, kadang nyala, kadang putus.
Lihat aja laga lawan Crystal Palace kemarin. Skornya sih menang 5-2, tapi kok rasa-rasanya ini bukan City yang dulu. Flashback ke 2022, Palace juga sempat bikin City keringetan sebelum akhirnya dibantai 4-2. Kali ini, comeback-nya dimulai lebih cepat, tapi bukan Haaland si robot yang jadi pahlawan, melainkan Kevin De Bruyne yang main seolah bilang, “Gue masih jago, bro. Tapi abis musim ini, cabut ya!”
Stabil Tapi Nggak Menyeramkan
City sekarang lagi di jalur stabil: lima laga tanpa kalah, tiga di antaranya menang. Gak buruk, apalagi dengan tambahan amunisi kayak Omar Marmoush yang lumayan ngasih greget. Mereka udah balik ke zona Liga Champions, kecuali kalau tiba-tiba kasus Premier League mereka disulap jadi skorsing dadakan. Tapi yah, buat ukuran City, ini kayak Iron Man cuma bisa nyala lampunya doang, tetap keren tapi nggak bisa nyelamatin dunia.

Mereka masih bisa main cantik, oper bola cepet, dan punya stok pemain bintang. Tapi aura menakutkan yang dulu bikin lawan lemes sebelum kick-off, sekarang udah redup. Bukti nyatanya? Mereka main imbang 0-0 lawan Manchester United minggu lalu, ya ampun, MU yang itu loh! City versi lama pasti udah giling mereka jadi abon.
Pertahanan Longgar, Tekanan Setengah Hati
Crystal Palace bukan lawan yang mudah sih, tapi mereka ngegolin dua kali cuma modal bola lambung ke belakang garis pertahanan. Eberechi Eze bahkan sempat nyetak satu lagi sebelum dianulir offside. Pertahanan City? Rada kebluk. Kalau tim main dengan garis tinggi tapi press-nya setengah hati, ya siap-siap dibolongin kayak jaring bolong.

Masalahnya? Pressing mereka udah gak seefektif dulu, dan itu bikin kontrol permainan ala Guardiola jadi kayak ngopi tanpa gula. Ada, tapi hambar.
Guardiola: Masih Ada Energi, Pep?
Rodri mungkin bisa jadi solusi pas balik nanti, tapi jangan ngarep dia langsung tampil kayak calon pemenang Ballon d’Or. Beberapa pemain belakang juga mulai tumbang karena cedera. Bisa jadi ini efek kelelahan, dan jangan lupa: musim panas nanti mereka harus ikutan Club World Cup. Istirahat? Gak kenal!

Tapi kesalahan terbesar City mungkin bukan soal taktik, tapi karena mereka membiarkan skuad menua bareng-bareng. Kyle Walker udah ke Milan, Bernardo, Kovačić, sampai De Bruyne kelihatan makin berat larinya. Boleh punya satu-dua pemain tua, tapi kalau setengah tim butuh salonpas, ya susah juga.
Untungnya, masih ada Ederson, Gvardiol, Foden, Haaland, dan anak baru kayak Marmoush dan Oscar Bobb. Plus, bakat muda macam Rico Lewis dan James McAtee bisa jadi penyelamat kalau gak disekolahkan dulu ke klub Championship.
Kalau Masih Ngeyel City Masih Galak, Nih Datanya
1. Penurunan Kemenangan dan Dominasi
- Rata-rata poin per pertandingan Manchester City di Premier League musim 2024/25:
📉 2,13 poin per pertandingan, turun dari 2,47 musim sebelumnya (2023/24).
🔗 Sumber: FBref – Man City Stats
2. Masalah Pertahanan
- Jumlah kebobolan musim 2024/25 hingga pekan 30:
🛑 City telah kebobolan 31 gol, lebih banyak dari musim penuh 2022/23 yang hanya 33 gol.
🔗 Sumber: Premier League Official Stats
3. Tingkat Tekanan (Pressing) Menurun
- PPDA (Passes per Defensive Action) City musim ini:
📉 Meningkat menjadi 11,2, dibanding musim 2021/22 yang hanya 9,5, artinya pressing mereka tidak seintens dulu.
🔗 Sumber: Understat – Manchester City Pressing
4. Ketergantungan Pada Pemain Veteran
- Rata-rata usia skuad utama City:
👴 27,9 tahun, tertua ke-4 di Premier League musim ini.
🔗 Sumber: Transfermarkt – Premier League Average Age
5. Perform Kevin De Bruyne
- Kontribusi De Bruyne sejak kembali dari cedera (musim 2024/25):
⚽ 2 gol dan 🎯 6 assist hanya dalam 9 pertandingan Premier League.
🔗 Sumber: WhoScored – Kevin De Bruyne Stats
6. Tren Tanpa Kemenangan di Laga Besar
- Contoh: 0-0 vs Manchester United (2025)
🎮 Dianggap pasif, bertolak belakang dengan pendekatan agresif di era dominasi Guardiola.
🔗 Sumber: BBC Match Report
City Bukan Lagi Mesin Pembantai
Pertanyaannya sekarang: apakah Guardiola masih punya bensin buat rebuild? Doi sih jago adaptasi, tapi 17 tahun jadi pelatih itu bukan angka kecil. Bahkan pelatih sehebat dia pun suatu saat bisa ngerasa, “Capek, bro.”

City bisa aja balik jadi monster kayak pas bangkit abis Liverpool juara 2019-20. Tapi yang namanya “aura juara” itu gak dijual di Shopee. Butuh waktu, kerja keras, dan mungkin sedikit keberuntungan.
Untuk sekarang? City tetap tim elite. Tapi dari “tim yang menaklukkan segalanya” jadi cuma “tim yang masih bisa menang, tapi gak bikin merinding.”
📢 Mau update bola paling pedes dan gak basa-basi kayak gini? Cus mampir ke BolaBanter.com
📲 Follow juga Instagram kami @bolabanterdotcom biar gak kudet!
Karena sepak bola bukan cuma soal skor, tapi juga soal bahan roasting!
Sumber: