Paris Saint-Germain (PSG) akhirnya menuntaskan dahaga gelar Eropa. Pada musim 2024/2025, PSG resmi menjadi juara Liga Champions untuk pertama kalinya dalam sejarah klub. Namun kemenangan ini bukan sekadar soal trofi, melainkan tentang perjalanan panjang menuju transformasi identitas klub yang kini tak lagi bergantung pada nama besar.
Dari Era Bintang ke Era Pekerja Keras
PSG pernah dikenal sebagai “tim selebritas” dengan deretan pemain mahal. Neymar, Messi, dan Mbappé adalah wajah utama proyek ambisius PSG. Tapi, musim demi musim berlalu, dan trofi Liga Champions tetap jauh dari genggaman.

Pada tahun 2023, mereka tersingkir di babak 16 besar. Ironisnya, PSG dikalahkan oleh Bayern Munich, tim yang mencetak gol lewat dua mantan pemain PSG, yaitu Eric Maxim Choupo-Moting dan Kingsley Coman. Ketiganya dulunya dilepas PSG tanpa terlalu dipertahankan.
Banyak yang menganggap PSG terlalu sibuk mengejar pamor ketimbang membangun tim yang seimbang. Kegagalan demi kegagalan inilah yang membuat manajemen akhirnya berpikir ulang tentang arah klub.
Datangnya Luis Enrique dan Misi Reformasi
Perubahan besar dimulai saat Luis Enrique ditunjuk sebagai pelatih. Sosok yang dikenal lewat filosofi permainan kolektif ini langsung membuat gebrakan. Ia tidak segan melepas pemain-pemain senior, termasuk Lionel Messi, Neymar, dan Sergio Ramos. Bahkan, pada musim panas 2024, Enrique dan manajemen rela melepas Kylian Mbappé ke Real Madrid.

Keputusan ini menuai banyak kritik di awal. Namun, Enrique tahu betul apa yang ia lakukan. Ia ingin membentuk PSG versi baru, lebih muda, lebih lapar, dan lebih kompak.
“Kami tidak ingin membangun tim berdasarkan satu nama besar. Kami membangun tim berdasarkan semangat bersama,” ujar Enrique, dikutip dari CNN.
Transformasi PSG, Energi Anak Muda
Musim 2024/2025 menjadi momen kebangkitan PSG dengan wajah baru. Lini depan kini diisi oleh Ousmane Dembélé, Bradley Barcola, dan Gonçalo Ramos. Ketiganya memang tidak memiliki pamor sebesar pendahulunya, tapi mereka menunjukkan kerja keras dan permainan tim yang solid.
Di lini tengah, Vitinha dan Warren Zaïre-Emery menjadi motor penggerak. Mereka bukan hanya kreatif, tetapi juga disiplin dan tidak egois. João Neves, pemain muda dari Benfica yang baru direkrut, juga langsung menjadi andalan.

Pertahanan PSG pun tampil kokoh dengan Marquinhos, Lucas Hernández, serta penjaga gawang Gianluigi Donnarumma yang makin matang. Mereka semua bermain demi lambang di dada, bukan sekadar gaji besar.
Menurut analisis dari ESPN, transformasi PSG adalah contoh ideal bagaimana tim besar bisa dibangun ulang dari nol dan tetap kompetitif.
PSG Juara Liga Champions 2025
Kerja keras dan transformasi PSG akhirnya membuahkan hasil manis. Dalam final Liga Champions 2025 di Berlin, PSG sukses mengalahkan Inter Milan dengan skor 2-1. Gol kemenangan dicetak oleh Barcola dan Vitinha, sementara Donnarumma tampil gemilang dengan beberapa penyelamatan krusial.

Trofi ini adalah yang pertama bagi PSG setelah bertahun-tahun hanya menjadi “langganan semifinal”. Sekaligus menjadi bukti bahwa membangun tim berdasarkan kolektivitas lebih efektif daripada sekadar membeli nama besar.
Keberhasilan ini membuat PSG kembali dicintai oleh fans. Bahkan beberapa pendukung klub rival di Prancis mengakui PSG saat ini lebih pantas dihormati.
Citra Baru dan Dukungan dari Dalam Negeri
Dulu, PSG sempat dituduh sebagai proyek sportswashing oleh pemilik dari Qatar. Kini, wajah klub mulai berubah. Mereka mulai dihargai karena memberi tempat bagi pemain muda, termasuk talenta lokal Prancis. Hal ini menciptakan rasa bangga di kalangan suporter domestik.
Nasser Al-Khelaifi, presiden PSG, menyatakan bahwa mereka tidak lagi fokus pada marketing semata.

“Kini, kami adalah klub yang ingin membangun masa depan, bukan sekadar menjual jersey,” ujarnya dalam wawancara dengan The Athletic.
Dampak Positif Bagi Sepak Bola Prancis
Kemenangan PSG di Liga Champions bukan hanya kebanggaan klub, tapi juga kebanggaan nasional. Ini menunjukkan bahwa klub asal Ligue 1 bisa bersaing dengan tim-tim elit Eropa. Keberhasilan PSG juga membuka mata klub-klub Prancis lain tentang pentingnya pembinaan pemain muda.

Akademi sepak bola di Prancis kini jadi sorotan. Banyak bakat muda mulai dilirik oleh klub-klub besar, dan liga domestik pun ikut berkembang.
PSG yang Baru, Lebih Disukai Publik
Transformasi PSG dari tim mahal yang penuh drama menjadi skuad muda yang penuh semangat adalah contoh nyata bahwa kesuksesan bisa datang dari arah yang berbeda. Mereka tak lagi bergantung pada satu nama, tapi saling mendukung dan berjuang bersama.

Kini, PSG tak hanya sukses secara prestasi, tetapi juga berhasil memulihkan citra mereka di mata publik. Mereka menjadi simbol perubahan positif dalam dunia sepak bola modern.
Untuk info seputar dunia sepak bola yang lebih menarik dan update, follow Instagram kami di @bolabanterdotcom!