Setelah Euforia Euro, Krisis Timnas Italia Belum Usai

Di tengah gemerlap masa lalu dan nostalgia kejayaan, krisis Timnas Italia kini menjadi babak kelam yang tak bisa dihindari. Dari podium juara Euro 2020 hingga ancaman gagal tampil di Piala Dunia untuk ketiga kalinya berturut-turut, perjalanan Gli Azzurri kembali diwarnai gejolak. Saat ini, skuad asuhan Gennaro Gattuso tengah berjuang mati-matian dalam kualifikasi menuju Piala Dunia 2026. Namun di balik semangat baru itu, bayang-bayang kegagalan masih menempel erat pada lambang biru kebanggaan bangsa.

Bayang-Bayang Masa Lalu

Hari Rabu itu seharusnya menjadi momen penuh kebanggaan. Gattuso dan kapten tim Gianluigi Donnarumma hadir dalam peresmian museum sepak bola di Coverciano. Ruangan itu penuh dengan peninggalan sejarah emas Italia, mulai dari piala dunia hingga sepatu legendaris. Gattuso bahkan diminta menyumbangkan sepatu yang ia kenakan saat final Piala Dunia 2006 melawan Prancis, namun ia menolak sambil tersenyum, “Ibu saya tidak mau memberikannya.”

Krisis Timnas Italia_Bola Banter_

Di balik suasana nostalgia itu, kenyataan pahit menyelinap. Semua trofi dan memorabilia seolah menjadi pengingat betapa jauh Italia terjatuh dalam beberapa tahun terakhir. Donnarumma mengaku merinding melihat semua kenangan itu, tapi juga mengakui adanya “rasa tanggung jawab besar” untuk memastikan Italia tak kembali absen dari Piala Dunia.

Sayangnya, kekhawatiran itu bukan tanpa alasan. Meski pernah menjadi juara Eropa, perjalanan menuju Piala Dunia tampak semakin terjal.

Dari Puncak Eropa Menuju Kekacauan Total

Kegagalan pertama datang pada 2017 ketika Italia tak lolos ke Rusia setelah kalah di babak play-off dari Swedia. Kala itu, tim di bawah asuhan Gian Piero Ventura tampil tanpa arah. Namun kegagalan yang lebih menyakitkan terjadi lima tahun kemudian.

Pada 2022, di bawah komando Roberto Mancini, Italia sebenarnya masih berstatus juara Eropa. Tapi nasib berkata lain. Mereka gagal memanfaatkan peluang dan secara mengejutkan tumbang di kandang sendiri melawan Makedonia Utara. Kekalahan itu menciptakan guncangan besar di seluruh negeri sepak bola itu.

Krisis Timnas Italia_Bola Banter_

Walau Mancini diberi kesempatan untuk memperbaiki keadaan, krisis timnas Italia ternyata jauh lebih dalam dari sekadar strategi pelatih. Pada Agustus 2023, Mancini memutuskan mundur di tengah kualifikasi Euro 2024. Penggantinya, Luciano Spalletti, baru saja membawa Napoli juara Serie A untuk pertama kalinya sejak 1990.

Namun ekspektasi tinggi pada Spalletti berakhir mengecewakan. Di Euro 2024, Italia tampil layaknya juara bertahan paling lemah sejak Yunani 2008. Mereka hampir tersingkir di fase grup dan akhirnya dipermalukan Swiss 2-0 di Berlin.

Spalletti Gagal, Gattuso Datang Membawa Api Baru

Kekalahan telak 3-0 dari Norwegia pada laga pertama kualifikasi Piala Dunia 2026 menjadi akhir bagi Spalletti. Donnarumma mengaku kehabisan kata:

“Saya tidak punya kata-kata. Semua yang bisa saya katakan, fans kami tidak pantas mendapatkan ini. Kami harus menemukan kekuatan dari suatu tempat karena kami Italia, dan pertandingan seperti ini tidak bisa diterima.”

Italia vs Norwegia Krisis Timnas Italia_Bola Banter_

Spalletti sepakat dengan kaptennya, mengakui, “Kami harus menemukan sesuatu yang lebih. Jika tidak, sesuatu harus berubah.”
Dan benar saja, perubahan itu datang dalam bentuk pemecatan.

Ketika Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) memecat Spalletti, mereka menghadapi dilema besar. Beberapa kandidat populer seperti Claudio Ranieri menolak kembali ke dunia kepelatihan, sementara Stefano Pioli lebih memilih menukangi Fiorentina. Dalam kebuntuan itu, FIGC mencoba menyalakan kembali semangat 2006 dengan menunjuk Gennaro Gattuso sebagai pelatih baru.

Mengapa Italia Menaruh Harapan pada Gattuso

Gattuso dikenal dengan julukan Ringhio atau “Si Penggeram” karena gaya bermainnya yang keras dan penuh emosi. Dalam karier kepelatihannya, ia hanya pernah meraih satu trofi besar, Coppa Italia 2019-20 bersama Napoli, namun FIGC percaya bahwa semangat dan karakternya adalah apa yang dibutuhkan tim nasional saat ini.

Presiden FIGC, Gabriele Gravina, menjelaskan dengan penuh keyakinan:

“Ia memiliki kualitas, determinasi, dan terutama keinginan untuk mencapai sesuatu yang besar bagi Azzurri dan negara kita. Tim nasional membutuhkannya, dan Gattuso menjawab panggilan itu tanpa ragu.”

Gattuso Krisis Timnas Italia_Bola Banter_

Gravina menambahkan bahwa Gattuso membawa semangat pengorbanan dan profesionalisme luar biasa, serta pengalaman menghadapi tekanan tinggi di klub seperti Milan dan Napoli. “Dia tahu bagaimana membangun tim dengan semangat kebersamaan. Tidak ada yang menang sendirian. Kita menang bersama, kita pergi ke Piala Dunia bersama,” tuturnya.

Namun, realitasnya, harapan tersebut masih penuh tanda tanya besar.

Dua Laga Penentu, Estonia dan Israel

Kini, nasib Italia berada di ujung tanduk. Dua laga melawan Estonia dan Israel akan menjadi penentu apakah mereka bisa menghindari bencana gagal lolos ke Piala Dunia lagi. Gigi Buffon, manajer tim, bahkan mengakui peluang otomatis lolos hanya sekitar 10 persen. Italia masih tertinggal enam poin dari Norwegia, dan hanya unggul selisih gol dari Israel.

Kemenangan atas Estonia bisa membuka jalan untuk memastikan posisi di babak play-off, namun masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.

Gattuso dan “Tamparan” Kebangkitan

Start Gattuso bersama Azzurri dimulai dengan cara yang unik. Sebelum laga debutnya melawan Estonia di Bergamo, suasana di ruang ganti panas secara harfiah maupun metaforis. “Beberapa tamparan” disebar sebagai motivasi agar pemain bangkit dari keterpurukan.

Hasilnya langsung terasa. Italia menang telak 5-0, membangkitkan semangat di dalam skuad. Alessandro Bastoni berkata pada Sky Sport Italia:

“Saya tidak pernah menjadi rekan setim Gattuso, tapi saya bisa membayangkan seperti apa rasanya. Ia memberi kami banyak determinasi dan semangat, beberapa tamparan juga, yang mungkin kami butuhkan untuk bangun.”

Krisis Timnas Italia_Bola Banter_
Soccer Football – Nations League – League A – Group 2 – Israel v Italy – Bozsik Arena, Budapest, Hungary – September 9, 2024 Israel’s Liel Abada in action with Italy’s Federico Gatti REUTERS/Bernadett Szabo

Namun di laga kedua, Azzurri menunjukkan sisi “gila” mereka. Menang 5-4 atas Israel, Gattuso menyebut pertandingan itu sebagai “yang paling gila sepanjang karier saya.” Ia menyoroti kegagalan bertahan dan kedisiplinan yang rapuh.

“Kami tim yang gila, terlalu rapuh, kebobolan gol-gol konyol. Tapi saya bangga karena para pemain selalu bereaksi setiap kali mendapat tamparan. Mereka punya hati dan keinginan untuk berjuang,” kata Gattuso kepada RAI 1.

Catatan Peringatan dari Gattuso

Menjelang laga melawan Israel di Udine, Gattuso mengingatkan bahwa pertandingan itu mungkin akan berlangsung di depan stadion yang sepi.

“Kami tahu akan ada sedikit penonton di stadion. Dan saya mengerti itu. Kami semua merasakan kepedihan terhadap apa yang terjadi di Gaza. Tapi kami harus bermain, jika tidak kami akan kalah otomatis 3-0,” ungkapnya dengan nada berat.

Ucapan itu memperlihatkan bahwa sang pelatih tidak hanya menghadapi tantangan di lapangan, tetapi juga konteks sosial dan moral di luar pertandingan.

Skuad Azzurri dan Tantangan Baru

Dari sisi teknis, Italia tidak sepenuhnya dalam kondisi buruk. Meski Matteo Politano absen karena cedera, pemain seperti Bastoni, Dimarco, Barella, dan Tonali menunjukkan performa solid. Duet Moise Kean dan Mateo Retegui juga menjadi kombinasi yang menjanjikan setelah tampil produktif dalam laga-laga sebelumnya.

Namun, pertahanan empat pemain masih menjadi titik lemah. Banyak suara menyerukan agar Gattuso mengembalikan formasi tiga bek yang dulu membuat Italia tangguh.

Timnas Italia Krisis Timnas Italia_Bola Banter_

Donnarumma sendiri kini tampil lebih stabil di klub barunya, Manchester City, dan akan menjadi faktor kunci dalam menjaga asa kualifikasi. Ia juga tahu bahwa statusnya sebagai kapten membawa beban sejarah berat: jangan sampai menjadi pemain pertama yang gagal lolos ke tiga Piala Dunia.

“Kami harus memberikan segalanya untuk menulis halaman baru dalam sejarah. Kami berharap bisa menulis banyak kisah indah bersama pelatih baru kami,” ucap Donnarumma di museum Coverciano.

5 Hal yang Menjadi Kunci Kebangkitan Azzurri

Untuk menghadapi sisa kualifikasi dan mengatasi krisis timnas Italia, ada beberapa faktor penting yang harus menjadi fokus utama.

  1. Kedisiplinan Taktis
    Gattuso harus menemukan keseimbangan antara serangan agresif dan pertahanan yang solid. Kekalahan dari Norwegia dan laga liar melawan Israel menunjukkan belum ada kestabilan di lini belakang.
  2. Mental Juara yang Hilang
    Para pemain harus mengembalikan mentalitas “tidak takut kalah” seperti era 2006. Motivasi dan rasa lapar menjadi elemen utama yang membedakan tim besar dari tim biasa.
  3. Kepemimpinan di Lapangan
    Donnarumma kini memikul tanggung jawab besar bukan hanya sebagai penjaga gawang, tapi juga sebagai penggerak moral seluruh tim.
  4. Kebersamaan Tim
    Seperti kata Gattuso, “tidak ada yang menang sendirian.” Persatuan dan komunikasi antarpemain akan menjadi kunci utama menghadapi tekanan besar.
  5. Keberanian FIGC untuk Konsisten
    Federasi harus mendukung penuh keputusan pelatih tanpa intervensi berlebihan. Stabilitas manajemen akan menular ke performa tim.

Harapan yang Masih Menyala

Meski situasinya tampak genting, ada secercah harapan di balik semua gejolak. Gattuso memang bukan pelatih dengan segudang trofi, tapi kharismanya mampu menggugah ruang ganti yang sempat kehilangan arah. Dengan semangat juang tinggi dan keberanian untuk bereksperimen, peluang untuk bangkit tetap terbuka.

Krisis Timnas Italia_Bola Banter_

Kini, semua mata tertuju pada dua laga penentuan. Kemenangan atas Estonia dan Israel bisa menjadi tiket emas untuk menyelamatkan nama besar Italia dari krisis yang terus berulang.

Apapun hasilnya nanti, perjalanan ini akan tercatat sebagai salah satu fase paling menentukan dalam sejarah Gli Azzurri, sebuah bab yang menuntut mereka menulis ulang kisah kejayaan dengan tinta keberanian dan pengorbanan.

“Kami ingin menulis halaman baru dalam buku sejarah,” kata Donnarumma.
Dan bagi seluruh rakyat Italia, halaman itu harus berisi satu hal, kebangkitan sejati Azzurri dari krisis.

Sumber:
Goal.com