Salah satu bek tengah paling ikonik dalam sejarah sepak bola Jerman, Mats Hummels, akhirnya memutuskan untuk menggantung sepatu di akhir musim 2024/2025. Pemain berusia 36 tahun ini, yang kini memperkuat AS Roma, mengumumkan keputusannya melalui media sosial. Kontraknya akan habis pada Juni, dan seiring dengan itu, berakhir pula petualangan panjangnya di dunia sepak bola profesional.
“I’m struggling with my emotions right now,” tulis Hummels dengan nada haru. “Now comes the moment that no footballer can avoid. After 18 years and so many things that football has given me, I’m ending my career this summer.”

Keputusan tersebut sontak membuat banyak penggemar bernostalgia, terutama mereka yang menyaksikan Hummels di masa kejayaannya bersama Borussia Dortmund dan Bayern Munich. Ya, pria kelahiran Bergisch Gladbach ini adalah sosok yang tidak hanya mematahkan serangan lawan, tapi juga hati para striker yang mencoba menyelinap di kotak penalti.
Dari Bayern ke Dortmund dan Kembali Lagi
Karier Hummels dimulai di akademi Bayern Munich, sebelum ia mencatat debut seniornya di tahun 2007 saat masih berusia 18 tahun. Namun, yang mengejutkan, kesuksesan justru ia raih setelah pindah ke Borussia Dortmund pada 2008 awalnya dengan status pinjaman, lalu permanen.

Di bawah arahan Jürgen Klopp, ia menjadi tembok kokoh yang membantu Dortmund merebut dua gelar Bundesliga dan mencapai final UEFA Champions League pada 2013. Sayangnya, gelar si Kuping Besar gagal diraih setelah kalah dari mantan klubnya, Bayern.
Seolah menjalani drama telenovela sepak bola, Hummels kembali ke Bayern pada 2016, meraih tiga gelar liga, sebelum akhirnya balik lagi ke Dortmund pada 2019. Ia pun sempat kembali bermain di final Liga Champions tahun 2024, meski lagi-lagi kalah mungkin dia perlu cari dukun buat pecahin kutukan final, ya?
Statistik Karier Sang Bek Legenda

Sang Juara Dunia yang Tak Terlupakan
Selain sukses di level klub, Hummels juga menjadi bagian penting dari skuad Jerman yang menjuarai Piala Dunia 2014. “Karier ini tidak akan mungkin terjadi tanpa pelatih yang tepat, rekan setim yang luar biasa, dan tentu saja dukungan fans,” ungkap Hummels. “How great the games themselves were, but also the moments after the game. When you sat in the dressing room or celebrated together on the pitch. Cheering with the fans, standing in front of the Sudtribune. These are moments that will never happen again.”

Ia melanjutkan dengan nada melankolis, “That already makes me emotional. It will make me even more emotional when it’s finally over. But it’s incredible to have had it like this… And the fans are what makes it all worthwhile. I will miss it terribly.”
Sosok Inspiratif dan Warisan Abadi
Tak heran jika pelatih timnas Jerman saat ini, Julian Nagelsmann, menyebut Hummels sebagai “benchmark at the international level and a role model for a generation of defenders.” Bahkan lawan pun kadang enggan mendekat, bukan karena takut tapi karena sadar bola sudah hilang sebelum mereka datang.

Sumber: