Dalam tujuh tahun terakhir, Thibaut Courtois kiper terbaik Real Madrid telah menjadi tembok raksasa yang membuat lawan frustasi. Pemain berusia 32 tahun ini sudah tampil sebanyak 270 kali sejak bergabung dari Chelsea pada 2018 dengan harga €35 juta. Catatannya? Tiga gelar La Liga, dua trofi Liga Champions, dua Piala Dunia Antarklub, dan satu Copa del Rey. Sungguh koleksi piala yang bikin kolektor medali olimpiade iri.
Namun, ironisnya, sebelum menjadi pahlawan Madrid, Courtois pernah menjadi bagian dari sejarah kelam mereka. Masih ingat final Liga Champions 2014? Saat itu ia menjaga gawang Atletico Madrid ketika Sergio Ramos mencetak gol sundulan di menit 93 yang akhirnya membawa Madrid meraih La Decima. Dari lawan jadi kawan, Courtois kini justru menjadi palang pintu utama Madrid dalam perburuan trofi.
Lebih Hebat dari Kiper Lainnya
Mantan kiper Madrid, Santiago Canizares, tak ragu menyebut Courtois sebagai “Messi, Maradona, dan Ronaldo di dunia penjaga gawang.” Saat membahas performanya di Movistar, ia berkata:
“Courtois jauh lebih baik dari kiper lain dan dia selalu ada di sana setiap hari. Kita sudah terbiasa melihat penyelamatan luar biasa darinya. Jika kiper lain melakukannya, kita akan membahasnya berhari-hari, tapi dengan Courtois, itu jadi hal biasa. Bagi saya, itu kehebatannya. Dia adalah kiper terbaik yang pernah saya lihat.”

Matt Pyzdrowski, mantan kiper profesional dan analis The Athletic, sepakat bahwa konsistensi Courtois di level tertinggi adalah hal yang luar biasa. Sejak musim 2019-20, Courtois telah mencegah 21,2 gol lebih banyak dari ekspektasi. Statistik ini membuktikan bahwa dia bukan sekadar kiper tinggi besar, tapi juga punya refleks dan insting yang luar biasa.
Final Sempurna di Paris
Puncak performa Courtois terjadi di final Liga Champions 2021-22 melawan Liverpool. Dalam pertandingan itu, ia mencatatkan sembilan penyelamatan, rekor terbanyak dalam final sejak 2003-04.
Salah satu momen terbaiknya? Saat ia menggagalkan tembakan Mohamed Salah di menit ke-64. Matt Pyzdrowski mengenangnya dengan berkata:
“Ini adalah salah satu pertandingan terbaik dalam kariernya, jika bukan yang terbaik. Rasanya, bahkan jika mereka bermain 90 menit lagi, Liverpool tetap tidak akan mencetak gol.”
Tak hanya itu, di semifinal melawan Manchester City, saat Madrid sedang tertinggal, ia melakukan penyelamatan akrobatik dari tendangan Jack Grealish yang membuat Bernabeu meledak bak mereka baru saja mencetak gol.
Mau Info Sepak Bola Setiap Hari? Follow @bolabanterdotcom!
Ngomong-ngomong soal Madrid dan Liga Champions, kalau kamu mau selalu update berita sepak bola terbaru, mulai dari jadwal pertandingan, transfer pemain, sampai gosip panas di dunia sepak bola, langsung saja cek BolaBanter.com dan follow Instagram @bolabanterdotcom. Dijamin nggak bakal ketinggalan momen seru di dunia si kulit bundar!
Faktor ‘Sayap Malaikat’
Salah satu hal yang langsung terlihat dari Courtois adalah tingginya yang mencapai 200 cm. Jauh lebih tinggi dibanding Iker Casillas atau Keylor Navas. Dengan postur seperti itu, tak heran kalau banyak striker lawan yang merasa seperti mencoba menembak melewati tembok apartemen.

Casillas sendiri mengakui bahwa ia dan Courtois punya gaya yang berbeda.
“Dia jauh lebih besar dari saya. Tapi itu tidak berarti dia tidak mengidolakan saya saat kecil,” ujarnya sambil bercanda. “Dia sangat cepat dan sulit dikalahkan dalam duel satu lawan satu.”
Tak hanya soal tinggi badan, Courtois juga punya insting tajam dalam membaca serangan lawan. Seperti yang dikatakan Jose Araquistain, kiper Madrid di era 1960-an:
“Courtois adalah perwujudan dari generasi baru kiper bertubuh besar, tapi tetap punya refleks dan teknik kelas dunia.”
Bahkan, Francisco Buyo, legenda Madrid lainnya, takjub dengan kecepatan Courtois dalam menjatuhkan diri untuk menangkap bola.
“Kiper setinggi dua meter biasanya sulit bergerak cepat, tapi Courtois bisa turun ke tanah dengan sangat mudah. Itu yang membuatnya spesial.”
Mental Baja dan Pemimpin Tanpa Ban Kapten
Ketangguhan mental Courtois juga diuji saat ia mengalami cedera ACL yang membuatnya absen selama sembilan bulan. Tapi alih-alih menyerah, ia malah bangkit lebih kuat.
Thierry Barnerat, analis yang bekerja dengannya, mengungkapkan:
“Thibaut sangat pekerja keras. Ia melakukan segalanya untuk bisa kembali bermain secepat mungkin. Ia bahkan menunjukkan ketahanan luar biasa ketika mengalami cedera meniskus di tengah masa pemulihannya.”

Meski bukan kapten resmi, Courtois tetap dianggap sebagai salah satu pemimpin di ruang ganti Madrid. Ia sering menjadi pemain pertama yang berbicara kepada media setelah kekalahan, termasuk saat Madrid dihajar 4-0 oleh Manchester City di semifinal Liga Champions 2023.
Francisco Buyo mengakui bahwa Courtois punya jiwa kepemimpinan yang kuat:
“Dia melihat permainan dari sudut pandang berbeda dan punya kepribadian sebagai pemimpin. Selama bertahun-tahun, ia telah belajar bagaimana menjadi seorang kapten.”
Tak heran jika ia digadang-gadang akan menjadi kapten Madrid di masa depan, mengikuti jejak kiper legendaris lainnya seperti Casillas dan Ricardo Zamora.
Kiper Terbaik di Dunia?
Jadi, apakah Thibaut Courtois kiper terbaik di dunia saat ini? Sejumlah legenda Madrid tampaknya sepakat.
Buyo menyimpulkan:
“Courtois jelas termasuk dalam jajaran kiper terbaik sepanjang sejarah Madrid. Memiliki kiper sepertinya memungkinkan tim untuk meraih gelar besar.”

Casillas menambahkan:
“Jika dia bukan yang terbaik, dia selalu berada di tiga besar… Dia fenomenal.”
Sementara itu, Araquistain tak ragu menyebut Courtois sebagai yang terbaik dalam lima tahun terakhir.
Satu hal yang pasti, jika Madrid punya ‘Messi-nya’ sendiri, maka dia adalah Courtois. Lawan boleh datang silih berganti, tapi selama Courtois masih berdiri di bawah mistar, para penyerang lawan akan tetap kena mental.
Sumber: