Di malam penuh ketegangan di San Siro, AC Milan sukses menutup mulut para peragu dengan kemenangan telak 3-0 atas Inter Milan, mengamankan tiket ke final Coppa Italia dengan agregat 4-1. Hasil ini tidak hanya menyingkirkan rival abadi mereka, tetapi juga menggugurkan mimpi treble Inter musim ini. Dan ya, itu terasa lebih manis daripada es kopi susu gula aren.
Tanpa Ampun: Milan Tampil Tajam Sejak Kick-off
Sejak menit awal, pertandingan ini sudah memperlihatkan intensitas tinggi yang layak untuk sebuah laga Derby della Madonnina. Namun, Inter terlihat pincang karena absennya Marcus Thuram dan Denzel Dumfries. Simone Inzaghi juga memilih menyimpan Hakan Calhanoglu di bangku cadangan. Keputusan itu, seperti yang terbukti kemudian, berbalik menjadi bumerang.

Di sisi lain, Milan tetap percaya pada formasi 3-4-3. Luka Jovic dipercaya di depan bersama Rafael Leao dan Christian Pulisic. Meskipun kehilangan Kyle Walker karena cedera, skuad asuhan Sergio Conceicao tetap tampil percaya diri. Dan ternyata, kepercayaan itu berbuah dua kata, dominasi total.
Inter Banyak Peluang, Tapi Gagal Eksekusi
Ironisnya, Inter lebih dulu menciptakan peluang lewat Matteo Darmian yang berlari bebas di sisi kanan, namun sayangnya gagal mengarahkan bola ke gawang. Federico Dimarco juga hampir membuka keunggulan dengan tendangan bebas cepat, tapi bola malah mencium mistar gawang. Lautaro Martinez, yang biasanya tajam, kali ini tampil seperti kehilangan GPS, menyambar bola liar dan malah menembaknya ke tribun atas. Mungkin dia menyasar satelit?
Jovic: Dua Gol, Satu Kepala Panas Inter
Milan justru mencetak gol pertama dari peluang pertama mereka. Alex Jimenez memberikan umpan silang sempurna ke Luka Jovic, yang menyambutnya dengan sundulan tak terbendung. Lima menit babak kedua berjalan, Jovic kembali mencetak gol. Bola liar hasil kemelut disambar dengan gaya “nggak mau repot” dan jebret! 2-0!

Momentum jelas berpihak kepada Rossoneri. Meski sempat mengancam lewat Stefan de Vrij, upaya Inter dihentikan secara heroik oleh Mike Maignan. Sang kiper seperti berkata, “Tidak hari ini, bro.”
Reijnders Menyempurnakan Pesta Derby
Saat laga memasuki menit ke-85, Rafael Leao menyodorkan bola manis kepada Tijjani Reijnders, yang langsung mengeksekusinya tanpa pikir panjang. 3-0, dan San Siro seketika berubah jadi lautan merah-hitam. Inter? Mereka cuma bisa memandang kosong, seperti mantan yang menyesal.

Milan Dapat Untung, Inter Dapat Tulisan “Game Over”
Dengan kemenangan ini, Milan berhak atas minimal €4,6 juta. Jika mereka sukses di final, hadiah akan meningkat hingga €7,1 juta. Belum lagi tambahan dari keikutsertaan di Supercoppa Italiana dan kemungkinan lolos ke Europa League musim depan, cukup untuk membiayai celana baru Leao kalau ia ingin ganti gaya tiap pekan.

Sementara itu, Inter harus rela keluar dari jalur treble. Kini hanya PSG dan Barcelona yang masih punya peluang menyamai sejarah Jose Mourinho bersama Inter pada 2010. Mungkin saatnya Nerazzurri mengalihkan mimpi… ke musim depan.
Milan Hebat, Tapi Masih di Peringkat 9: Sebuah Parodi?
Meskipun berhasil menyingkirkan sang pemuncak klasemen dan memenangkan tiga dari lima pertemuan musim ini, Milan saat ini masih bertengger di peringkat 9 Serie A. Iya, peringkat sembilan. Mungkin ini bagian dari strategi mereka, “Kami kalahkan yang di atas, tapi tetap santai di tengah.” Sebuah filosofi hidup yang… membingungkan, tapi berhasil.
Milan ke Final, Inter Gigit Jari: Drama Terbaik di San Siro
Jadi, jika musim ini adalah serial Netflix, maka Milan jelas sedang berada di episode klimaks, sementara Inter? Mereka baru saja terkena twist tragis. Dan siapa tahu, babak final nanti bisa menjadi akhir bahagia untuk Rossoneri.

Pantau terus kabar terkini, analisis tajam, dan drama sepak bola Eropa hanya di BolaBanter.com dan jangan lupa ikuti Instagram kami @bolabanterdotcom untuk cuplikan paling seru dan caption paling pedas seantero linimasa!
Sumber: